Aku seperti seorang
turis ketika aku kembali menginjakkan kaki ku di desa ku. Semuanya tampak
berubah. Semakin terlihat modern. Aku semakin tidak sabar untuk melihat
bagaimana rumah ku sekarang. Aku menaiki taxi untuk mengantarku dari stasiun
kereta menuju ke rumahku. Dalam perjalanan tak henti-hentinya aku tersenyum.
Mom… I’m back…
Apakah ini rumahku?
Tidak salah kah? Mengapa luarnya tampak berbeda? Well, bentuknya masih sama.
Kecil, mungil, namun terlihat begitu nyaman tapi… sejak kapan ada kandang
anjing di halaman rumah? Dan bukankah warna cat rumahku biru? Mengapa sekarang
menjadi warna hijau muda? Oke, aku harap aku tidak salah rumah.
Kemudian aku mengetuk pintu rumah yang tampak lenggang
itu. Menunggu beberapa detik sebelum akhirnya pintu tersebut terbuka.
“Mom!” seruku bahagia
dan langsung saja aku memeluk mom dengan erat.
“Claura? Ya tuhan? Ini
kau sayang?” tanyanya seraya memelukku kembali.
Aku menganggukan
kepalaku yang berada dalam pelukannya
“Oh sayang. Betapa mom
merindukanmu.”
“Aku juga sangat
merindukanmu mom.”
Mom kemudian melepaskan
pelukannya. Ia menatapku lama. “Ayo, masuklah. Mom sedang membuat makan siang.
Kau belum makan kan?”
“Sebenarnya aku sudah
makan, tapi… aku pasti akan sangat terhormat mencicipi masakan buatanmu mom.”
Ucapku dengan seringaian lebar.
Aku memasuki rumahku
dengan perasaan takjub. Mungkin tampak luarnya berubah, tapi tampak dalamnya
masih terlihat sama. Sama seperti aku mengingatnya dulu. Tidak berubah sama
sekali.
“Masih seperti dulu
bukan?” tanya mom membuyarkan lamunanku.
Aku tersenyum. “Yeah,
masih sama seperti aku mengingatnya dulu.”
“Mom memang sengaja
tidak merubah dekorasi dalam rumah agar ketika kau pulang nanti kau masih
merasa pulang ke rumah.”
“Oh… mom… aku sangat
mencintaimu.” Aku memeluk mom lagi.
“Mom juga sayang. Ayo,
cepat letakkan barang-barangmu di kamar dan kita makan siang bersama.”
“Ayayayay kapten.”
Setelah menghormat pada sang kapten aku kemudian membawa barang-barangku masuk
ke dalam kamar.
###
“Bagaimana kuliahmu?”
“Baik.” Jawabku seraya
memasukkan satu biskuit madu buatan mom ke dalam mulutku. Mom memang senang membuat
biskuit madu, dan aku akan senang memakannya bersama dengan susu coklat hangat.
“Paula?”
“Dia juga baik.
Beberapa waktu yang lalu Gerald baru saja lulus dari kuliahnya dan sudah di
terima bekerja.”
“Ya, mom juga mendengar
hal itu.”
Aku kemudian meneguk
susu coklat ku yang masih penuh. Rasanya begitu nikmat sekali.
“Kau masih bekerja
paruh waktu di restaurant itu?”
Aku mengangguk.
“Semakin hari semakin menyenangkan. Aku mencintai pekerjaanku mom, dan mom
tidak perlu khawatir itu akan mempengaruhi kuliahku, buktinya selama ini nilai
ku baik-baik saja bukan?”
Mom mengangguk,
kemudian ia terdiam cukup lama. “Tidak ada kah yang ingin kau ceritakan pada
mom?”
Aku mengernyit. “Cerita
apa?”
“Soal kekasih mu
misalnya.”
Aku yang sedang meneguk
susu coklat ku langsung tersedak. Sial! Mengapa jadi topic ini yang di bahas?
“Kemarin Paula menelpon
mom dan mengatakan kalau kau mempunyai seorang kekasih di London, benarkah?”
Paula dan mulut
besarnya. Ingatkan aku untuk memukul kepalanya ketika aku kembali ke London.
“Emm… Yeah… seperti
itulah.” Ucap ku gugup. Jujur saja aku belum berani membicarakan Andreas pada
mom. Ini masih terlalu cepat.
“Siapa laki-laki
beruntung itu?” tanya mom memajukan badannya, tampak antusias
“Yeah… dia tampan,
tinggi, manly, hidungnya mancung, dan matanya coklat.”
“Matanya coklat?” tanya
mom memastikan
Aku mengangguk. “Yeah.
Matanya coklat dan indah. Kalau di tanya bagian mana yang aku suka darinya
adalah matanya.”
Mom tersenyum lembut.
“Matamu juga coklat sayang.”
Aku terkejut. Benarkah?
Mengapa aku tidak tahu? Aku harus berkaca setelah ini dan melihat apakah benar
mataku coklat atau tidak.
“Siapa laki-laki itu?”
tanya mom kembali.
“Emmm…. Namanya….”
Aku terselamatkan oleh
bunyi bel rumah. Tuhan, terima kasih karena kau menyelamatkan ku kali ini.
Mom segera beranjak
dari dapur dan membuka pintu. Siapa pun yang bertamu aku sangat berhutang budi
padamu.
“Claura!” seru Uncle
Brad ketika ia melihatku di dapur.
“Uncle Brad!” seru ku
tak kalah gembira. Aku langsung berlari dan memeluk tubuh besar Uncle Brad.
“Keponakanku yang
nakal. Apa kabarmu? Kapan kau datang?” tanya nya setelah menguap kepalaku.
“Aku baik. Aku baru
tiba tadi siang, dan tolong jangan panggil aku keponakan yang nakal, itu tidak
enak di dengar.”
“Oke, bagaimana kalau
keponakanku yang bandel?” ujarnya seraya tersenyum menggoda. Aku hanya memutar
mataku. Apa bedanya nakal dan bandel?
“Untuk apa Uncle datang
kemari?” tanyaku setelah kami duduk di kursi di dapur. Tak lama kemudian mom
datang dan duduk di antara aku dan Uncle Brad.
“Well, seperti biasa,
menagih makan siang.” Kemudian ia tertawa lebar.
“Uncle mu ini selalu kemari setiap hari, hanya
untuk menumpang makan.” tambah mom seraya melirik tajam Uncle Brad.
“Jangan salahkan aku
bila masakan mom mu ini begitu enak.”
“Itu hanya alasanmu
agar bisa menumpang makan lagi kan Brad?”
Uncle Brad menaikkan
bahunya. “Dan ku harap itu berhasil.” Kemudian kami tertawa bersama. Sudah lama
aku tidak merasakan kehangatan dari keluarga ku sendiri. Ini membuktikan tanpa
kehadiran Dad, aku masih bisa bahagia. Aku masih terasa sempurna.
*****
“Mom, kau belum tidur?”
tanyaku ketika aku menemukan mom sedang duduk di meja makan memunggungiku. Mom
langsung menghapus air matanya. Sepertinya mom habis menagis.
“Mom, kau baik-baik
saja?” tanyaku khawatir
“Mom baik-baik saja
sayang. Mengapa kau belum tidur? Ini sudah malam dan kau pasti sangat
kelelahan.”
“Aku ingin tidur
bersama mom.” Ujarku pelan. Yeah, aku merindukan tidur bersama mom. Bilang aku
manja dan aku tidak perduli
“Baiklah bayi besar mom.
Mari kita tidur.” Mom kemudian beranjak dari kursi. Sambil memeluk bahuku, kami
memasuki kamar.
Kemudian aku masuk ke
dalam selimut di susul oleh mom. Kemudian mom mematikkan lampu dan kamar
menjadi gelap. Aku langsung memeluk pinggang mom dan meletakkan kepalaku
senyaman mungkin. Ini seperti Andreas yang sedang memelukku ketika kami ingin
tidur.
“Claura?”
“Hmmm?” aku mendongakan
kepalaku agar bisa melihat wajah mom
“Siapa pun pria itu.
Mom hanya minta satu hal.” Aku hanya diam. Menunggu mom melanjutkan kata-katanya.
“Jadilah wanita yang terhormat. Jangan kau seperti mom.”
“Bagiku mom adalah
wanita yang terhormat.”
Mom tersenyum lembut,
kemudian ia mengusap kepalaku dengan lembut. “Mom pernah melakukan kesalahan
sewaktu dulu. Mom harap kesalahan itu tidak terjadi kepadamu.” Kemudian mom
mengetatkan pelukannya. “Kau adalah anugrah terindah yang pernah hadir dalam
hidup mom. Mom sangat mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu
mom.”
Kemudian suasana hening
menyelimuti kamar, membuat mataku semakin lama semakin berat, tak berapa lama
kemudian aku tertidur.
Semoga ada sedikit 'perncerahan' ya dari part ini. aku gak mau jawab apa-apa sekarang. pertanyaan kalian bakalan terjawab di tiap bagian-bagian nantinya. so... nikmatin aja sekarang :) :peluk hangat:
nb: New cover. maaf ya kalau jelek dan alay. baru nyobain bikin cover sendiri *nunduk sedih*