masih ingat sama Alexa, Steve, dan Davin? ini lanjutannya... :)
Alexa sedang menaruh makanan
terakhirnya ketika terdengar suara bel berbunyi. Setelah mencuci tangannya, ia
membuka pintu.
Steve berada di hadapannya dengan
senyum khasnya.
“Untukmu.” Steve mengeluarkan
sebucket bunga mawar yang ia sembunyikan di balik punggungnya.
“Thanks.” Alexa tersenyum memandang
bunga di hadapannya. Romantic sekali. “Kau tidak perlu melakukan ini.”
“Ya. Aku harus. Anggap saja sebagai
hadiah karena kau mampu menjadi model pengganti yang baik.” Steve mengecup
kening Alexa sebelum melangkah masuk. Alexa lalu menutup pintu dan menguncinya.
“Kau masak apa?”
Alexa meletakkan bunga itu di atas
meja ruang tamunya. “Tidak banyak hanya spaghetti dan ayam lada hitam. Tidak
banyak bahan makanan di dalam kulkasku.”
“Itu cukup untuk kita berdua.” Steve
memeluk Alexa dari belakang lalu mencium rambutnya. Menghirup aroma shampoo khas
dari Alexa.
“Kau mau langsung makan? oh ya aku
membuat kue tiramisu tadi. Kupersiapkan untuk dessert.”
Steve melepaskan pelukannya. “Baik.
Aku sudah merasa lapar, lagipula sudah tidak lama aku tidak mencicipi
makananmu.”
***
“Bisa kau ceritakan bagaimana kau
bisa menjadi model pengganti tadi siang?” Tanya Steve seraya memainkan garpu di
tangannya. Piringnya sudah kosong.
Alexa mengangkat bahu. “Itu semua
begitu mendadak. Aku juga tadinya tidak mau menjadi model pengganti. Kau pasti
malu harus beradegan dengan model amatiran seperti aku.”
“Siapa bilang aku malu?” Alexa
mendongak. “Aku senang kau yang menjadi model penggantinya. Kau
membuatku….bergairah.”
Alexa langsung menutup mulutnya
dengan kedua tangannya. Terkejut akan kata-kata sensual dari Steve.
“Siapa yang tidak bergairah melihat
kau begitu sexy dengan gaun merah terang itu.” Steve meneguk air putih miliknya
hingga habis, lalu bangkit dari kursi menghampiri Alexa yang berada di
sebrangnya, masih duduk di kursi. Membungkuk, melingkarkan lengannya di bahu
Alexa dan mencium kening Alexa dengan sayang.
“Aku mencintaimu kau tahu? Aku merindukanmu.
Selalu.” Steve mencium telinga Alexa. Menimbulkan suatu getaran kecil yang
menggelitik.
Alexa menggeliyat. “Aku harus
membereskan piring, Steve. Kita bisa lanjutkan ini nanti.”
Steve melepaskan pelukannya. “Ok.
Aku tunggu kau di kamar.”
***
Steve sedang sibuk dengan ponselnya
ketika Alexa sampai di dalam kamar. Steve yang membelakanginya langsung memutar
tubuhnya ketika menyadari ada seseorang di belakangnya. Ia memasang senyum
ketika melihat Alexa.
“Tentu, sweetheart. Kita akan
jalan-jalan di taman bersama. Daddy janji, Daddy akan pulang secepatnya. Ok.
Goodbye sweetheart.” Steve menutup flap ponselnya lalu menaruhnya di atas meja
rias. Steve mendekatinya lalu memeluk tubuhnya dari belakang.
“Bianca, huh?”
Steve mencium ubun-ubun dan
menghirup aroma shampoo yang dipakai Alexa. “Semakin hari, dia semakin besar.
Senang rasanya aku menjadi bagian dari mereka.”
Alexa memutar tubuhnya. Wajahnya
langsung bertatapan dengan Steve. Dibelainya wajah Steve dengan punggung
tangannya yang lembut. “Kau seorang ayah yang baik. Kau begitu mencintai
mereka. Aku iri pada mereka.”
Steve mengernyit. “Kau cemburu? Pada
anak-anakku?”
Alexa tersenyum lembut. “Mereka
memilikimu tanpa bisa melepasmu. Kau terikat selamanya.”
Steve mengecup lembut bibir Alexa.
“Kau memilikiku, Alexa. Selamanya. Disini.” Steve meletakkan telapak tangan
Alexa tepat di atas jantungnya. Alexa merasakan jantung Steve yang berdetak
dengan teratur. “Sebaiknya kita tidur. Ini sudah larut dan aku merindukanmu.”
Steve menghela Alexa dan meletakkannya di atas ranjang dengan perlahan.
Steve mengunci Alexa yang kini
berada di bawahnya. Mengujaminya dengan ciuman-ciuman lembut pada lehernya yang
jenjang. Alexa mengangkat wajah Steve dan menahannya dengan kedua tangannya.
Dapat dilihatnya mata Steve yang berkabut karena gairah.
“Kau bilang kita harus cepat tidur.”
“Nanti, setelah aku melampiaskan
rasa rinduku ini. Ayolah, kau pasti juga merindukan aku kan? Merindukan Steve
Junior ini?” Ujar Steve dengan senyum menggoda.
Alexa menggeleng. “Aku tidak
merindukannya.” Ia berusaha untuk serius, namun wajahnya tak mampu
menyembunyikan senyum.
“Oh, kini kau akan merindukannya.”
Steve kembali mencium bibir Alexa, melumatnya membuat Alexa terlena akan
kelembutannya. Ia merangkulkan lengannya di leher Steve. Membalas lumatan pada
mulutnya.
Nafas mereka terengah-engah ketika
Steve melepaskan pangutannya. Oh tuhan, dia sangat merindukannya….
“Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu, Steve.”
Lalu mereka kembali terbuai dengan
gairah mereka masing-masing. Mencoba melepaskan segala rindu dan kebutuhan
mereka.
***
Mimpi Alexa terganggu dengan suara
ponsel. Ia menutup telinganya dengan bantal dan kembali mencoba untuk tidur.
Siapa yang menelpon pagi-pagi begini?
“Sayang, ponselmu berbunyi.” Ujar Steve yang masih memejamkan matanya,
membalikkan badannya dan memeluk Alexa dari belakang.
Bunyi itu tak berhenti. Dengan geram
ia melemparkan bantalnya dan meraih ponsel miliknya dengan cepat.
“Halo!” Seru Alexa kesal. Ia tidak peduli
dengan siapa ia berbicara. Orang ini jelas-jelas sudah mengganggu hari
Minggunya.
“Alexa, sayang? Kau baru bangun?”
“Mama?” Alexa langsung bangkit dari
tempat tidur. Matanya yang tadi mengantuk kini sudah sirna. Steve yang berada
di sampingnya mengerjapkan mata.
“Ada apa sayang?” tanyanya khawatir
“Itu suara siapa, Alexa?” Alexa
langsung menjauhkan ponselnya dan menutup speakernya dengan telapak tangan.
“That’s my mom.” Bisiknya. Steve
hanya mengedikkan bahu dan mengucapkan maaf.
“Halo? Mama?”
“Tadi ada suara laki-laki itu siapa?
Temen kamu?”
“Hah? Bukan. Aku kan sendirian di
apartement mana mungkin ada laki-laki.”
Kemudian hening beberapa lama di
telpon sana. “Baiklah, mama percaya kamu nggak macam-macam.”
“Mama ada apa telpon pagi-pagi
begini? Ini baru-” Alexa melirik jam yang berada di atas mejanya. “Jam 6 pagi.”
“Akh, maaf mengganggumu sepagi ini.
Mama dan Sinta sedang berada di Jakarta sekarang. Kemarin kami menghadiri
pernikahan Frida dan Sony, itu temanmu waktu kecil. Kebetulan pernikahannya di
Jakarta. Jadi, kami memutuskan untuk menengok keadanmu. Kamu hari ini nggak
kemana-mana kan sayang?”
“Nggak kok ma. Kalau memang mau
datang, nggak apa-apa.”
“Baiklah, kami masih di hotel
sekarang. Mungkin nanti siang kami baru bisa kesana. Sampai bertemu nanti
sayang.”
Alexa langsung menutup flap
ponselnya dan kembali meletakkannya di atas meja. Ia kembali membaringkan
tubuhnya di atas kasur dan mencoba untuk tidur kembali.
“What’s happen?” Tanya Steve
memandang wajah Alexa dengan tanya. Ia tadi tidak mengerti sama sekali apa yang
dibicarakan oleh Alexa barusan.
“My mom want to come here, this
afternoon.”
“Jadi, aku harus pergi dari sini
nanti siang?”
Alexa tersenyum meminta maaf.
“Sorry.” ia mengusap wajah Steve dengan sayang. Mengagumi wajah tampan pria
yang berada di atas ranjangnya. Oh, ia lupa kalau ia sedang telanjang bulat di
atas ranjangnya.
“Padahal aku ingin mengajakmu pergi
hari ini.”
Alexa mengernyit. “Kemana?”
Steve tersenyum misterius. “That’s a
secret.”
Alexa cemberut. Ia tidak terlalu suka
dengan rahasia, kejutan, atau apalah namanya. Yang pasti ia tidak suka bila
tidak diberi penjelasan.
“I hate a secret.”
“Well, you’ll be like this secret.”
Steve lalu mengecup bibir Alexa dengan cepat lalu bangkit dari tempat tidur.
“Kau mau kemana?”
“Suara telponmu tadi sudah membuatku
terjaga penuh. Aku mau mandi. Kau mau ikut?” tanya Steve dengan senyum
menggoda.
“Tidak, terima kasih. Aku masih
ingin tidur.” Alexa lalu menarik selimutnya lalu kembali tidur.