“Hei, Claura.” Seru
Mrs. Winter ketika ia membuka pintunya dan menemukanku disana. “Oh, betapa aku
merindukanmu sayang. Kau tampak sudah dewasa sekarang.” Ujar Mrs. Winter seraya
memelukku. “Masuklah. Di luar dingin.”
Aku melepas mantelku
dan menggantungnya di tempat penyimpanan mantel lalu mengikuti Mrs. Winter
menuju dapur. Disana sudah ada Mr. Winter, Gerald dan Paula yang sedang duduk
di meja makan.
“Kau datang di saat
yang tepat Claura, karena kalkunnya baru saja matang. Kau bisa menciumnya kan?
Heeemmmm….” Ujar Mr. Winter seraya mencuci tangannya di wastafel.
“Hai, Kecil. Sudah lama
aku tidak melihatmu.” Ucap Gerald mengacak-acak rambutku. Ia senang sekali
memanggilku kecil
“Gerald. Berhentilah
kau mengganggu temanku. Kau kurang kerjaan saja.” Omel Paula yang
menghampiriku. “Ayo duduk, Claura. Sebentar lagi kita makan.”
###
“Bagaimana keadaanmu
sayang?” tanya Mrs. Winter ketika kami sedang makan malam.
“Baik.” Jawabku seraya
mengiris kalkun di piringku.
“Kau masih bekerja di
restaurant?” tanya Mr. Winter.
Aku mengangguk. “Aku
masih setia disana.”
“Mengapa tidak cari
pekerjaan lain? Menjadi wartawan? Model? Kau cukup cantik menjadi model
sayang.”
Aku tersenyum. “Aku
terlalu malu menjadi model. Lagipula aku menyukai pekerjaan itu. Orang-orang
disana baik padaku.”
Mr. Winter menyeka
mulutnya dengan serbet. Kami baru saja melewati makan malam kami.
“Well, sepertinya
sekarang saatnya aku mengeluarkan hidangan penutup.” Dengan bangganya Mr.
Winter mengeluarkan sesuatu dari dalam kulkas dan membawanya ke atas meja
makan.
Pudding caramel.
Kesukaanku.
“Aku membuatnya sendiri
sayang. Ku harap kau menyukainya.”
Aku tersenyum
sumringah. “Tentu saja Mr. Winter aku snagat suka pudding caramel. Terima
kasih.”
####
“Claura sayang. Ibumu
menitip ini pada kami sebelum kami berangkat kemari.” Ujar Mrs. Winter seraya membawa
sebuah kotak padaku.
“Apa ini?”
Mrs. Winter menggeleng.
“Aku tidak tahu. Ibumu tidak memberitahukannya.”
Aku membuka kotak
tersebut. Isinya 5 buah foto. Foto pertama saat Mom sedang memanen sayur di
ladangnya. Ya kami memang menanam sayur di halaman belakang rumah kami. Ada
tulisan di belakangnya. ‘Ini sudah panen kelima sayang. Dan sebentar lagi kol
kita juga akan panen. Cepatlah datang dan kita akan memanen bersama.’
Foto kedua adalah
sebuah ayunan. Aku tahu ayunan ini. Sewaktu kecil sehabis pulang sekolah Mom
dan aku pasti akan pergi ke taman yang ada ayunan ini. Kini ayunan itu tampak
baru. Di cat baru sepertinya. ‘Kau ingat ayunan ini? Kapan kita akan menaikinya
lagi?’
Foto ketiga adalah foto
Berny. Anjing kami bernama Berny. Dia betina. Itu foto Berny dengan
anak-anaknya. Ya tuhan. Sejak kapan Berny melahirkan? ‘Berny baru melahirkan
beberpa hari yang lalu. Apakah Mom sudah pernah mengatakan kalau Berny sudah
punya pasangan? Sekarang kita kehadiran anggota keluarga baru, sayang’
Foto keempat adalah
foto ayam saus teriyaki. Aku tersenyum. Mom sepertinya berniat sekali memfoto
ayam saus teriyaki ini. ‘Katanya kau rindu pada ayam ini? Well, ayam ini sudah
memanggil namamu berkali-kali sayang. LOL’
Foto yang terakhir.
Foto rumah kami. Aku sempat terkejut. Rumah kami sepertinya ada yang berbeda.
Oh, sejak kapan ada gazeboo disana? ‘Mom dan Uncle Brad baru saja memasang
gazebo di halaman belakang rumah dekat kebun sayur. Kau harus lihat hasil kerja
kami, Claura’
Aku tersenyum. Kelima
foto itu membuatku semakin rindu pada rumah. Ingin rasanya aku pulang ke rumah.
Apalagi sekarang banyak sekali perubahan yang terjadi. Oh pasti aku merasa
seperti orang asing disana. Tapi aku benar-benar merindukan Mom.
“Sepertinya ibumu ingin
kau pulang, Claura.” Ujar Mrs. Winter yang masih berada di sampingku.
Aku tersenyum.
“Sepertinya begitu. Aku memang berencana pulang setelah ujian akhir minggu
ini.”
“Baguslah sayang. Aku
yakin ibumu pasti senang.”
####
Aku
memasuki apartement dengan badan lelah. Aku baru sampai di apartement pukul 11
malam dengan di antar oleh Paula. Acara makan malamnya sangat menyenangkan.
Gerald tak henti-hentinya mengangguku dan Paula, membuat Paula sedikit kesal
padanya. Mr dan Mrs. Winter juga membuat acara makan malam itu terasa hangat.
Mereka tak henti-hentinya member nasehat kepadaku. Aku benar-benar merasa dalam
sebuah keluarga ketika berada dalam lingkaran keluarga Winter.
Ku lihat sekitar
apartementku sudah gelap. Sepertinya Andreas sudah tidur. Dengan hati-hati aku
membuka pintu kamarku, takut membangunkan Andreas.
“Sayang, kau seperti
pencuri saja.”
Aku terhenyak. Andreas
belum tidur? Aku langsung membuka pintu dengan lebar dan menemukan Andreas
sedang berada di atas tempat tidur dengan laptop berada di pangkuannya. Matanya
fokus pada layar dan jari-jari indahnya sedang menari-nari di atas keyboard.
“Kau belum tidur?”
tanyaku seraya meletakkan tas tangan kembali pada tempatnya.
“Belum. Masih banyak
data yang harus aku periksa.” Jawabnya masih fokus.
“Tidak bisa di tunda
esok hari?” aku mulai menurunkan restleting gaunku dan menurunkannya. Aku
melirik kea rah Andreas. Masih tidak ada perubahan. Tidakkah ia melihat diriku
yang setengah telanjang ini? Uuuhhhh….
“Aku bukan orang yang
suka menunda pekerjaan sayang.”
“Tapi ini sudah pukul
11 malam. Kau harus pergi ke kantor besok.” Aku mulai berkacak pinggang dengan
keadaan ku yang setengah telanjang ini. Apakah aku kurang sexy?
“Sebentar lagi sayang.”
Arrrggghhhh…. Baiklah.
Sudah habis kesabaranku.
Ku hampiri Andreas dan ku
angkat dagunya. Apakah sudah ku katakan Andreas + kaca mata = sexy??? Kalau
belum. Well, dia sangat sexy.
Matanya yang coklat itu
langsung menatap mataku. aku memandangnya dengan alis terangkat sedangkan ia
memandangku dengan alis berkerut. Lalu matanya bergerak kebawah. Semakin
kebawah pandangannya semakin melebar. Aku menunggunya dengan sabar. Lalu
beberapa detik kemudian mata indah itu kembali menatapku.
“Sayang. Ini….”
Aku menghembuskan
nafas. “Aku lelah. Mau tidur.” Ucapku dingin. Aku langsung mengambil tempat di
sampingnya. Yaitu sisi milikku. Dan menarik selimut sampai ke bawah dagu lalu
pura-pura tidur dengan mata terpejam.
Dapat kurasakan Andreas
masih membeku. Ku intip dari mataku yang terpejam kalau ia sedang membereskan
kertas-kertas dan juga laptop yang berantakan dan menaruhnya di meja rias, lalu
ia kembali ke atas tempat tidur.
Aku merasakan tangannya
yang berbulu itu menyusup di pinggangku dan tangan yang satu lagi melingkar di
dadaku. Aku merasa… hangat.
“Bagaimana acara makan
malamnya sayang?” tanyanya di atas kepalaku. Dapat kurasakan hembusan nafasnya
yang menyentuh rambut-rambutku.
“Makanannya enak. Mr.
Winter sangat pandai memasak. Paula dan Gerald juga menyenangkan. Aku merasa
seperti bagian dari mereka.” Aku merasakan kulit lengannya di pipiku.
“Aku senang kalau kau
senang.” Ia mengecup ubun-ubunku.
Lama kami terdiam. Ku
kira dia sudah terlelap. Ketika aku memejamkan mata, dia bersuara.
“Sayang, kau tidak
kedinginan dengan hanya mengenakan pakaian itu?”
Aku terkikik. Ini dia.
“Menurutmu? Aku kan
sudah memakai selimut.”
“Tapi tetap saja…
dingin.”
“Aku sudah terbiasa.
Sewaktu belum bersamamu aku sudah sering tidur seperti ini.”
Dia mengangkat
kepalanya. “Benarkah? Bagaimana kalau orang yang tinggal di depan apartementmu
melihat? Bukankah dia seorang pria?”
Aku mendongak dan
melihat dirinya dengan alis berkerut. Aku tidak mengerti.
“Jadi selama ini pria
itu sudah melihatmu setengah telanjang seperti ini? Oke. Sepertinya mulai besok
kau harus pindah tempat tinggal, Claura.”
“Apa?! Andreas. Aku
hanya bercanda tadi. Aku tidak pernah tidur seperti ini dan hey… tidak ada
seorang pria manapun yang melihatku telanjang seperti ini. Tidak, kecuali kau,
Andreas. Oleh sebab itu hentikan sifat cemburumu itu.”
Andreas terkekeh. Ia
lalu mengetatkan pelukannya. “Aku sempat berpikir untuk menyewa pengawalku.”
“Untuk apa?”
“Untuk memberi
pelajaran kepadanya karena sudah mendahuluiku. Aku saja sebagai pacarmu baru
pertama kali melihatmu seperti ini.”
“Kau kekanakkan.”
“Kau terlihat sangat
sexy sayang.” Bisiknya menggoda di telingaku.
“Simpan rayuanmu karena
aku mau tidur. Aku sudah lelah menggodamu tapi kau sepertinya tidak tertarik.”
“Kau menggodaku?”
tanyanya terkejut. “Aku… aku tidak tahu sayang. Maaf…”
“Simpan maaf mu untuk
besok pagi.” Aku lalu mengatur kepalaku, mencari posisi ternyaman.
Andreas
memanggil-manggil namaku. “Sayang… Claura…Arghhh.”
Aku sempat tersenyum
kecil karena berhasil menggoda Andreas, sebelum akhirnya jatuh tertidur karena
kelelahan.
Anyaaaaaaa!!! Co sweeettt!!!
ReplyDeleteKrg nih mbak :'(
Btw, wlopun sweet bgitu, ttep ga boleh brsatu! Ckckck
Ak pny feeling yg ga enak ttg hubungan Andreas n mm-ny Claura.. Ckckck
kalao mereka bersatu kyk power ranger dong... wkwkwk... apa feelingnya? apakah andreas akan mengalami kontroversi hati? atau akan terjadi labil ekonomi di antara mereka? bagaimana statusiasi diantara mereka? wkwkwkwk :korban vicky nih:
Deletekakak salam kenal,
ReplyDeleteak diam" fans kakak low,,,
crita'y bgus" bgt,
jgn lama" posting y kak,
ak tungu dgn stia,
makasih
wah aku punya fans *nangis terharu*
Deletejangan diam2 dong. kalo diam2 mana aku tau kalau aku pny fans hahaha
doain aja smoga akunya gk banyak tugas dn gk sakit2an jd posting juga lanca hehe...
sering2 koment ya... aku masih amatir banget soalnya :) dan selalu ditunggu aja kelanjutannya