Yeaaaayyyy.... i'm back yuhu..... mana suaranya!!!!1 *krik...kriiikkk...* -___-
okelah gak apa-apa.
dikarenakan saya sdh di kejar2 oleh hantu praktikum dan tugas jadi maafkan sy klo lamaaaa sekali update. rasanya sy ingin cium satu2 asdosnya karena berhasil membuat sy tepar di kostan.
okelah sy akhiri dulu curhatan gk bermutu sy ini. Selamat menikmati cerita sy yg kacau binti aneh ini hahaha :D
Hari ini aku berencana
membereskan apartementku. Sudah beberapa bulan ini aku sibuk dan menelantarkan
apartementku. Untungnya sekarang sudah libur kuliah jadi sebelum aku
meninggalkan apartemenku dan pulang ke desa, sebaiknya aku membersihkannya
dulu.
Andreas sudah pergi
bekerja pagi tadi. Ia sempat sulit di bangunkan, aku merasa seperti
membangunkan seorang anak kecil karena ia terus merajuk. Setelah menagih
morning kiss akhirnya ia mau memindahkan bokongnya menuju ke kamar mandi.
Aku sempat mencium
wangi parfumnya yang membuatku, well, tergila-gila ketika ia mencium ku di
depan pintu. Tampilannya begitu mempesona dengan setelan jas yang sepertinya di
buat khusus untuknya, karena begitu pas membungkus tubuh sexy-nya. Rambutnya
yang disisir rapi menambah kesan bahwa ia orang terpandang. Tuhan, benarkah ia
kekasihku? Mengapa aku merasa begitu jauh.
Suara deringan telpon
membuyarkan lamunanku. Aku melihat ID sang penelpon. Paula. Anak itu. Mau apa
dia pagi-pagi begini?
“Halo?”
“Halo, Claura. Morning
honey.” Ucapnya dengan nada ceria.
“Morning Paula.” Ucapku
tak bersemangat.
“Kau punya rencana apa
hari ini?”
“Well, aku berencana
untuk membersihkan apartementku yang sekarnag penuh debu.”
“Uuuuhhhh… sepertinya
membosankan. Bagaimana kalau kita belanja?”
“Aku sedang tidak punya
uang.” Jawabku santai.
Paula mendengus. “Tidak
seru.” Cibirnya.
“Tidak biasanya kau
menelpon ku sepagi ini, Paula.” Aku mendudukkan diriku di sofa. Ternyata
berdiri terlalu lama membuat kakiku kram.
“Yeah, aku bosan. Mom
and Dad pergi bersama Gerald ke kantor Gerald hari ini. Anak pintar itu sungguh
beruntung. Sudah lulus dengan predikat cum laude dan sekarang ia sudah dapat
pekerjaan, benar-benar membuatku iri.” Sepertinya bukan hanya kau saja yang
iri, Paula, ucapku dalam hati.
“Lalu?”
“Lalu. Aku menelponmu
dan sepertinya kau sudah punya rencana.”
“Hanya membersihkan
apartement Paula.” Aku memutar mataku. dia selalu saja melebih-lebihkan. “Kalau
kau mau, kau bisa datang ke tempatku dan membantuku.”
“Baiklah. Beri aku
waktu 20 menit dan aku akan sampai.” Lalu telpon itu langsung di matikan. Aku
hanya mendengus. Selalu saja ia yang mematikan telponnya.
Setelah meletakkan
ponselku. Aku mulai memungut pakaian kotor dari dalam kaamr dan membawanya ke
dalam mesin cuci. Aku lebih suka mencuci sendiri dari pada harus membawanya ke
laudry. Lebih murah dan lebih efisien, begitulah menurutku.
20 menit kemudian.
Terdengar bel berbunyi. Sepertinya Paula sudah datang. Aku bergegas membuka
pintu dan menemukan Paula sedang melipat tangannya di depan dada, menunggu
dengan kesal.
“Kau lama sekali.”
Sungutnya kesal.
“Kau terlalu
berlebihan.”
Paula langsung masuk ke
dalam. Ia menaruh tasnya di sofa disusul didirnya yang duduk disana. Matanya
menatap sekeliling apartementku.
“Apartmentmu bersih.
Apanya yang mau di bersihkan?”
“Menurutku ini kotor.
Lagipula aku mau meninggalkan apartementku untuk pulang ke desa jadi lebih baik
aku meninggalkannya dalam keadaan bersih.”
“Kau mau pulang?”
tanyanya terkejut.
Aku mengangguk.
“Mungkin ini saatnya aku pulang. Aku merindukan Mom.”
“Yeah, mungkin sudah
waktunya.” Paula lalu menghembuskan nafas dan berdiri dari kursi.
“Oke, apa yang bisa
kubantu?”
#####
Ketika aku sedang
mengelap meja makan dan Paula sedang menyapu lantai, tiba-tiba terdengar bel
berbunyi. Menandakan ada tamu.
“Biar aku saja.” Aku
kemudian mencuci tanganku sebelum membuka pintu. “Andreas?” tanyaku terkejut
ketika menemukan Andreas berdiri di depan pintu.
“Hey, sayang.” Andreas
kemudian memelukku dan menyusupkan wajahnya di leherku. Aku masih berdiri
dengan kaku. “Kenapa? Kau tidak suka aku pulang?”
Aku langsung
menggeleng. “Tidak. Bukan begitu. Hanya saja… kau tidak biasanya pulang jam
segini.”
Andreas tersenyum
lembut. “Hari ini aku hanya ada rapat. Aku merindukanmu jadi aku cepat pulang.
Dan bukankah kau bilang kau ingin membersihkan apartement?”
“Claura… siapa… oh!”
Yeah. Ini yang aku
takutkan.
“Siapa dia?” bisik
Paula di telingaku.
Aku menghela nafas.
Mungkin ini sudah saatnya.
“Paula ini Andreas.
Andreas ini Paula.”
Andreas tersenyum
lembut. Ia yang pertama kali mengulurkan tangan selanjutnya Paula menerima
uluran tersebut dan menjabatnya. Wajahnya masih terlihat bingung.
“Dan Andreas itu
adalah?” tanya Paula mengamati Andreas.
“Kekasihku.”
“Claura!”
Aku langsung menutup
kedua telingaku karena Paula baru saja berteriak. Bayangkan jaraknya hanya beberapa
centi dan itu cukup membuat telingaku berdengung.
“Oh tuhan! Akhirnya…”
Paula langsung memelukku dengan erat. Saking eratnya mampu meremukkan badanku .
“Apa maksudmu dengan
akhirnya?” tanyaku sinis
“Akhirnya kau punya
pacar juga!” aku menatap Paula dengan menaikkan alisku, namun sepertinya Paula
tidka melihatnya karena dia sibuk berpelukkan dengan Andreas. Hey! Jangan
sentuh pacarku!
“Kau beruntung, man.
Sangat beruntung. Claura adalah orang yang baik dan bertanggung jawab. Kau
tidak salah memilih dia.” Celoteh Paula dengan semangatnya
“Yeah, beruntungnya
aku.” Ucap Andreas masih tetap tenang.
“Bisakah kita masuk ke
dalam? Karena aku tidak suka menjadi tontonan.” Ucapku menginterupsi
perbincangan mereka.
###
“Jadi… sudah berapa
lama kalian bersama?”
Kami sedang duduk
bertiga di ruang tengah. Dengan sangat terpaksa, acara membersihkan apartement
harus di tunda karena Paula sangat ingin berbicara dengan Andreas.
“Cukup lama. 4 bulan?
Aku tidak menghitungnya.” Jawabku tak acuh. Sungguh aku tidak menghitungnya.
“Ck… tidak seru.
Bagaimana cara kalian bertemu? Pasti romantic sekali.”
Andreas tersenyum.
“Kami bertemu saat ia mengembalikkan dompetku yang jatuh.”
“Oh! Jangan katakana
kalau kau laki-laki itu!”
Alis Andreas mengkerut.
“Laki-laki itu?”
“Ya! Laki-laki yang
dompetnya di kembalikan oleh Claura tapi kau mengatai dia pencuri dan membuat
dia tidak bisa ikut ujian.”
“Sepertinya aku memang
laki-laki itu.”
“Oh… kau memang
brengsek.” Ujar Paula seraya menyipitkan matanya. Tapi aku tahu kata-katanya
itu hanya bercanda. Tapi tetap saja…
Aku langsung
memelototinya. Namun Paula tak menggubrisku.
“Aku anggap itu sebagai
pujian.” Ucap Andreas tenang.
“Berapa umurmu?”
“39.”
“What?! Claura! Kau mau
pacaran dengan lelaki tua seperti ini?”
Oh tuhan! Andaikan aku
memiliki lakban saat ini.
“Tapi tak apa. Wajahmu
tidak menandakan kau lelaki tuan berumur 39 tahun. Tapi kau single kan?
Maksudku kau dan Claura tidak berselingkuh di belakang istrimu kan?”
AKU BUTUH PISAU SAAT
INI
No comments:
Post a Comment