Saturday 29 June 2013

Always Love You - Part 2




Sesampainya kami di sana, suasanya sudah begitu ramai. Music disko bergema di seluruh ruangan. Membuatku harus berteriak ketika berbicara dengan Red. Aku melihat Paula bersama dengan Leo di bar, langsung saja kudekati mereka.
“Hai kenalkan ini temanku Red.” Ucapku memperkenalkan Red.
“Kau ingin minum apa?” tanya Red
“Terserah kau. Kau kan yang mentraktir.” Aku tersenyum. “Oh, tolong kalau bisa yang kadar alkoholnya rendah, perjalananku lumayan jauh.” Red kemudian mengangguk lalu memanggil bartender. Well, cukup aneh ketika seorang bartender berbicara dengan bartender lain
“Akhirnya kau datang juga.”
“Sudah kubilang aku akan datang.”
“Ini untukmu.” Red memberiku segelas bir. Aku menatapnya sebelum menerima gelas itu. “Apa? Kau bilang terserah padaku.” Ucap Red seraya mengangkat kedua bahunya. Aku menggelengkan kepala lalu meminum bir ku.
“Aku tinggal dulu.” Ucap Paula di telingaku yang kubalas dengan anggukan. Ia lalu menarik Leo untuk menari di lantai bawah. Musiknya memang pas untuk menari.
“Well, untuk pub yang baru buka, tempat ini sangat ramai.” Teriak Red kemudian ia meneguk minumannya.
“Kau benar. Tapi ini sangat mengasyikan.” Teriakku mencoba mengalahkan besarnya volume music. Aku kemudian menegak kembali birku. Ah… aku harus menikmati mala mini.
####
Aku baru saja pulang dari kantor. Kulirik jam tanganku, sudah hampir tengah malam rupanya, pantas saja aku merasa lelah.
Mobilku berhenti di lampu merah. Aku melihat keluar jendela. Heran, sudah malam seperti ini tapi masih saja terlihat ramai. Pub itu salah satunya. Kelihatan ramai sekali. Penuh dengan anak-anak muda. Aku tersenyum, seperti mengingat masa lalu. Aku juga seperti itu sewaktu muda. Semuanya berubah ketika aku bertemu dengannya.
Mataku menemukan sesuatu yang ganjil. Gadis itu? Ya tuhan, ini adalah ketiga kalinya aku bertemu gadis itu dalam satu hari. Ku lihat gadis itu baru saja keluar dari pub yang aku lihat barusan. Ia terlihat merapatkan jaketnya dna kepalanya seperti mencari sesuatu. Tak berapa lama kemudian ada 3 orang keluar dari pub itu. Seorang wanita dan dua orang laki-laki. Mereka kemudian mengecup kedua pipi gadis itu bergantian lalu meninggalkan gadis itu sendirian di depan pub.
Lampu berubah menjadi hijau, mobilku berjalan kembali. Aku meminta supirku untuk berhenti di depan pub itu. Ia kemudian memutar mobilnya dan berhenti tepat di depan gadis itu. Aku menurunkan kaca jendelaku.
“Kau? Ya tuhan! Ini sudah ketiga kalinya aku bertemu denganmu dalam satu hari sir.” Seru gadis itu terkejut. Well, aku kira hanya aku yang menyadari kalau kita sudah bertemu tiga kali.
“Kau mau pulang?” tanyaku datar.
Ia mengangguk. “Aku sedang mencari taksi.”
“Naiklah. Akan ku antar kau pulang.” Ucapku menawarkan.
Ia mengangkat alisnya. Kaget lalu menggeleng. “Tidak perlu sir. Aku bisa pulang sendiri.”
“Ini sudah larut malam. Dan sepertinya sudah tidak ada taksi yang lewat. Naiklah. Aku berjanji tidak akan macam-macam.”
Ia kemudian tampak berpikir lalu mengangkat bahunya dan kemudian masuk kedalam mobilku
“Kita belum berkenalan. Namaku Andreas. Kau?” aku mengulurkan tanganku
“Claura. Namaku Claura.” Ia kembali menjabat tanganku. Lalu memutar kepalanya menghadap ke jendela.
Aku menghembuskan nafas. “Aneh bukan, kita kembali lagi bertemu.”
Ia mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya.
“Um… sepertinya aku belum meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Meminta maaf secara langsung lebih tepatnya.”
Ia kemudian menolehkan kepalanya. Menatapku dnegan tatapan menunggu.
“Kau sudah meminta maaf tadi siang, sir. Kau ingat? Kau memberiku makanan di restoran itu dan sepertinya itu sudah cukup, walaupun aku masih kesal karena gara-gara mengembalikan dompetmu yang terjatuh itu, aku terlambat dan tidak boleh mengikuti ujian.”
“Panggil aku Andreas. Ujian? Kau seorang pelajar?”
“Mahasiswa lebih tepatnya. Aku kuliah di jurusan teknik.”
“Dan kau bekerja di Solitaire restaurant?” aku bertanya dengan hati-hati takut menyinggung perasaannya.
Ia mengangguk. “Aku bekerja paruh waktu sebagai pelayan disana.”
“Menarik. Kurasa hidupmu sangat menarik Claura.” Aku tersenyum kepadanya. Menatap kedua matanya yang menatapku dengan bingung. Aku mengernyit. Ada sesuatu yang aneh di matanya. Sepertinya aku mengenali bentuk mata seperti itu.
“Sudah sampai tuan.” Suara supirku membuyarkan lamunanku.
“Oh. Sepertinya kita sudah sampai. Kau tinggal disini?” tanyaku seraya melihat apartement itu tampak luar. Terlihat sederhana.
“Iya. Aku tinggal disini.”
“Sendiri?”
Ia kembali mengangguk. “Kalau begitu terima kasih atas tumpangannya, Andreas.” Claura lalu turun dari mobilku dan menutup pintunya kembali.
“Senang berkenalan denganmu, Claura. Semoga saja kita bisa bertemu lagi lain kali.” Ucapku tersenyum.
Ia menganggukan kepalanya lalu memutar tubuhnya masuk kedalam apartement. Setelah tidak lagi melihatnya, aku menyuruh supirku untuk melajukan kendaraan.
“Claura… nama yang bagus.” Aku tersenyum ketika mengucapkan namanya. Dan entah mengapa aku merasa aku akan bertemu lagi dengannya.

Thursday 27 June 2013

Always Love You - Part 1




Pagi ini aku bangun terlambat. Sialnya, hari ini aku ada ujian. Ujian dan aku terlambat. Kombinasi yang sangat bagus.
Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Mandi dan menggosok gigi secepat yang aku bisa. Tidak ada waktu lagi untuk sarapan. Dengan secepat kilat aku berlari menuruni apartement menuju ke kampus. Inilah akibat dari hidup sendiri. Semua harus kau atur sendiri. Sebenarnya mom tidak memaksaku untuk tinggal sendiri di apartement, itu semua aku yang meminta, karena aku merasa sudah saatnya aku memulai hidupku sendiri, tidak ingin lagi merepotkan mom.
Aku berlari mengejar bis ketika tubuhku menabrak bahu seseorang, mengakibatkan kami terjatuh dan tas beserta isinya jatuh berhamburan. Aku mengumpulkan barang-barangku secepat mungkin, begitu juga orang dihadapanku, kami tidak sempat memaki ataupun saling memarahi. Orang di depanku sudah membereskan barang-barangnya lebih cepat dariku, lalu berjalan meninggalkanku yang masih sibuk di bawah. Ketika aku menyampirkan tasku di bahu, ada sebuah dompet yang asing di mataku. Ini bukan dompetku. Apakah ini dompet milik orang itu? Aku mengambilnya dan berlari mengejar orang itu. Aku masih ingat ciri-ciri orang itu. Orang itu mengenakan mantel berwarna coklat dan menenteng tas berwarna hitam. Aku harus mencari orang itu di antara kerumunan orang.
“Sir!” teriakku ketika aku menemukan orang itu. Aku menahan lengannya agar berhenti berjalan. Orang itu memutar tubuhnya dan menghadap kepadaku. Matanya mengernyit dan ia mengamatiku dengan sedemikian rupa. “Dompetmu sir?” tanyaku masih terengah-engah.
Orang itu langsung meraba-raba saku mantelnya. Ia lalu menatapku dengan matanya yang disipitkan.
“Kau mencurinya ya?”
Aku tergelak. Apa? Apa yang barusan laki-laki ini katakan? Aku mencuri?
“Dompetmu terjatuh sir, ketika tadi kita tidak sengaja bertabrakan.” Ujarku mencoba menjelaskan.
“Tidak. Kau mencurinya. Bukankah itu modusmu nona muda? Pura-pura bertabrakan denganku lalu mengambil dompetku?” ucap laki-laki itu dengan sinis. Oohhh… aku mulai muak dengan ucapannya.
“Dengarkan baik-baik Sir. Pertama, aku tidak mencuri dompetmu. Kedua, tidak mungkin seorang yang mencuri dompet akan datang dan mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya, dan Ketiga, aku masih terhormat untuk mencuri sebuah dompet yang tidak berharga seperti ini.”  Aku langsung melemparkan dompet itu kepadanya dan berjalan pergi.
Aku cukup menyesal karena mau menghabiskan waktuku untuk mengembalikan dompet laki-laki itu. Seharusnya aku biarkan saja terjatuh tadi. Aku melirik jam tanganku. Argh! Aku sudah benar-benar terlambat sekarang.
####
Aku memandangi dompetku di dalam ruanganku. Aku baru sampai di kantor pukul 8, tidak biasanya aku datang terlambat. Itu semua gara-gara tadi malam aku terlalu lelah bersama wanita itu sehingga aku bangun terlambat.
Gadis itu. Aku masih mengingat wajahnya yang merah padam menahan marah ketika aku menyebutnya sebagai seorang pencuri. Mata coklatnya yang indah begitu menghipnotisku, membuatku tidak bisa berkata apa-apa dan hanya mampu menatap matanya. Seakan-akan matanya begitu mmenenggelamkanku.
Sebenarnya aku tidak ada niat untuk menyebutnya sebagai seorang pencuri. Tapi karena tadi aku terburu-buru ke kantor dan mobilku rusak –yang membuatku harus memanggil taksi- membuatku tidak mampu berpikir dengan baik. Dan gadis itu, walau aku tahu ia berniat baik, tapi entah mengapa aku merasa ada modus di balik itu. Dan sepertinya kata-kataku tadi telah melukai harga dirinya.
“Sorry, Sir?”
Angela, sekretarisku masuk ke dalam ruanganku setelah mengetuk pintu tiga kali. Aku mendongakan wajahku.
“Sebentar lagi anda ada rapat dengan Mr. Kitagawa. Anda harus bersiap, Sir.”
“Aku akan turun sebentar lagi. Tolong persiapkan semuanya.” Kataku lalu mengambil mantelku yang aku sampirkan di punggung kursi. Tak lupa ku masukkan dompetku ke dalam saku jasku.
###
Aku tidak boleh ikut ujian. Entah aku harus marah atau menangis. Semuanya bercampur menjadi satu. Kalau bukan karena laki-laki itu aku mungkin masih mungkin mengejar bis dan masuk kuliah tepat waktu atau mungkin aku yang terlalu bodoh karena mau mengembalikan dompet laki-laki itu. Aku menghembuskan nafas kesal, tidak tahu yang mana yang benar.
“Hai, kau kemana saja tadi? Aku tidak melihatmu saat ujian.” Tanya Paula, ketika menemukan diriku duduk di kantin sendirian.
“Aku terlambat dan tidak boleh masuk.” Ucapku datar.
“Kau? Terlambat? Bagaimana bisa?” tanyanya tidak percaya.
“Tentu saja bisa. Aku belajar terlalu malam dan bangun terlambat.” Aku mendengus kesal.
Paula hanya mengangkat bahu dan berusaha mengubah topic pembicaraan. Ia tahu hari ini aku sedang tidak mood.
“Hari ini kau bekerja?” tanyanya kemudian
Aku mengangguk. “Memangnya ada apa?”
“Hari ini Leo mengajak kita ke pub milik pamannya yang baru buka itu. Sepertinya menyenangkan, dan aku rasa kau butuh sedikit penyegaran.”
Aku berpikir sejenak. “Aku rasa itu ide yang bagus. Jam berapa?”
“Jam 9 malam. Jangan terlambat.”
###
Aku langsung pergi ke restaurant dan mengganti pakaianku. Sudah menjadi kebiasaanku setelah jam perkuliahan aku akan kerja paruh waktu di Solitaire Restaurant sebagai pelayan. Uang hasil aku bekerja hingga saat ini masih cukup membiayai hidupku di tambah dengan uang saku yang selalu dikirimkan mom tiap bulannya.
Setelah berganti pakaian, aku langsung mengambil buku catatan kecil dan mulai menyapa pelanggan.
Ku hampiri meja bernomor 15 itu. Sekelompok laki-laki berpakaian rapi sedang serius membicarakan sesuatu. Sepertinya mereka sedang mengadakan rapat.
“Permisi. Ada yang bisa saya bantu? Anda ingin memesan apa?” tanyaku sopan. Kuperhatikan satu-satu wajah mereka. Perhatianku tertarik pada pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Laki-laki itu? Laki-laki yang mengataiku seorang pencuri tadi pagi? Aku merasa hari ini aku sangat sangat sial.
Laki-laki itu juga menatapku tak kalah terkejutnya. Matanya sedikit melebar dan menatapku lama. Oh dan matanya, aku belum pernah melihat mata berwarna coklat seindah itu. Begitu jernih daan sedikit familiar.
“Maaf nona, kami ingin memesan.” Aku tersadar dari lamunanku. Aku membersihkan tenggorokanku dan mulai mencatat pesanan mereka. Setelah mengulang pesanan, aku pamit dan langsung menyerahkan catatan pesanan kepada Roy, koki restaurant.
Aku kembali menghampiri meja itu dengan pesanan mereka. Meletakkan satu-satu makanan yang masih panas itu ke atas meja. “Silahkan menikmati.” Ucapku sopan lalu pergi meninggalkan meja itu.
Aku berdiri dekat bar masih dengan menu dan catatan kecil di tanganku. Aku masih mengamati laki-laki itu. Aku masih merasa kesal dengannya. Gara-gara dia aku tidak bisa mengikuti ujian.
“Apa yang kau lihat, Claura?” tanya Red, bartender, yang sedang mengelap gelas-gelasnya.
“Meja nomor 15.” Ucapku datar.
“Meja nomor 15? Memangnya ada apa dengan meja nomor 15?” tanyanya bingung.
“Kau lihat laki-laki berjas hitam yang sedang memunggungi kita? Aku benci pria itu.”
Red menghentikan aktivitasnya dan melihat laki-laki itu. Dahinya mengernyit. “Memangnya apa yang dilakukan laki-laki itu kepadamu?”
“Gara-gara dia. Aku tidak bisa mengikuti ujian di tempat kuliahku. Karena aku menolong dompetnya yang terjatuh.”
Red masih mengernyit. “Aku masih tidak mengerti, Claura.”
Aku memutar mataku, hendak menjelaskan kembali kepada Red ketika seseorang memanggilku.
“Sepertinya seseorang memanggilmu, Claura. Lihat! Meja nomor 15.”
Setelah merapikan pakianku dengan cepat, aku menghampiri meja nomor 15. “Ada yang bisa saya bantu?” ku lihat kursi di depan laki-laki bermata coklat itu. Kosong. Sepertinya rapatnya sudah selesai.
“Sepertinya aku ingin membungkus beberapa makanan. Bisa?” tanya laki-laki bermata coklat itu kepadaku.
Aku mengangguk. “Anda ingin memesan apa?”
“Makanan yang paling mahal di restaurant ini apa? Aku pesan itu.”
Aku melebarkan mataku. Sombong sekali orang ini. Aku tahu dirinya kaya, dapat dilihat dari pakaiannya tapi aku tidak suka dengan ucapannya barusan.
“Kalau begitu tunggu sebentar.” Aku langsung pergi menghampiri Roy. “Makanan paling mahal satu. Di bungkus.” Jujur saja aku tidak tahu apa makanan yang paling mahal di restaurant ini. Makan disini saja aku belum pernah, mana aku punya uang untuk makan di restaurant ini? Roy sempat menatapku heran sebelum akhirnya membuatkan pesanan ‘aneh’ itu.
“Ini. Selamat menikmati. Ada yang lain?” aku memberinya bungkusan makanan yang masih hangat.
“Untukmu.” Ia mendorong bungkusan makanan itu menjauh darinya
Aku terdiam. Apa? Untukku?
“Sebagai permintaan maaf ku karena sudah mengataimu pencuri dan juga sebagai rasa terima kasihku karena kau sudah mau mengembalikan dompetku.” Ucapnya datar.
Aku masih terdiam. Memandangi bungkusan itu dengan bingung.
Laki-laki itu lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke pintu keluar. Meninggalkanku yang masih terpaku di meja nomor 15.
###
Ini adalah pertama kalinya aku makan makanan seenak ini. Tak salah bila makanan ini di hargai sangat mahal satu porsinya. Pertama kali aku menyendokkan makanan yang di berikan laki-laki bermata coklat itu aku langsung suka. Siapapun pasti akan suka dengan makanan ini. Walaupun porsinya sedikit dan tidak akan membuatmu kenyang, tapi mampu memanjakan indera perasamu.
“Sepertinya kau menikmati makananmu, Claura.” Ucap Red ketika menemukanku di ruang ganti pegawai.
“Ini makanan terenak yang pernah aku makan. Kau harus mencobanya, Red.” Aku menyendokkan makanan itu dan menyuapkannya kepada Red. Red memakan dan mengunyah makanan itu di dalam mulutnya. Ekspresinya langsung berubah.
“Kau benar. Makanan ini sangat enak. Kau membuatnya sendiri?”
Aku menggeleng. “Kau ingat laki-laki bermata coklat yang duduk di meja nomor 15 itu? Dia yang memberikannya padaku.”
“Dia? Bagaimana bisa?”
“Dia bilang dia ingin meminta maaf karena sudah mengataiku pencuri sekaligus berterima kasih karena sudah mengembalikan dompetnya.”
Red masih tidak percaya. “Dia masih mengenalimu? Wow, kau beruntung, Claura.” Red lalu mengeluarkan tasnya dari dalam loker. “Malam ini kau ada rencana? Bagaimana kalau aku teraktir minum?”
Aku memasang wajah menyesal. “Maaf Red. Sepertinya tidak bisa. Aku ada janji bertemu dengan temanku di pub milik pamannya yang baru buka itu.”
“Oh, pub yang banyak pengunjungnya itu? Bolehkah aku ikut? Aku akan mentraktirmu minum disana.”
“Benarkah? Tentu saja kau boleh ikut. Apalagi kau akan mentraktirku minum.” Aku meneguk air dari dalam botol mineral. “Aku harus mengganti pakaianku dulu. Jangan pergi tanpaku.” Aku lalu mengambil baju dari dalam loker lalu pergi ke kamar mandi.

Monday 24 June 2013

Always Love You - Prolog

Ini project baru aku (Revenge sama WOR aja belum selesai udah ada cerita baru -__-") maafkan aku... untuk dua cerita itu. belum menemukan kembali moodnya. Cerita ini juga sebenernya belum rampung (Dasar...) Ya pokoknya selamat menimatilah, karena genre cerita ini menurut aku baru dan sedikit tabu. Enjoy


PROLOG


“Aku akan bertanggung jawab. Aku janji.” Ucap laki-laki di sampingku dengan tegas. “Kalau sampai sesuatu terjadi padamu. Jangan ragu untuk beritahu aku.”
Aku menatapnya dengan ragu. Benarkah ia akan bertanggung jawab? Oh entahlah. Sebenarnya ini semua salahku. Mengapa aku terlalu larut pada gairah semu yang mengakibatkan kini kami berada di ranjang dengan telanjang bulat. Seluruh tubuhku terasa nyeri ketika aku menggerakannya. Haruskah aku menangis sekarang? Tapi aku melakukannya dengan kesadaran penuh. Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan?
“Sayang? Kau baik-baik saja?” suara itu begitu lembut terdengar di telingaku. Priaku mengkhawatirkanku.
Aku tersenyum kecil lalu menggeleng. “Aku baik-baik saja.” Aku beranjak dari tempat tidur dengan membawa selimut yang melilitku. Jujur saja aku masih malu bertelanjang di depannya walaupun kami sudah melewati malam yang begitu… panas. Aku mengernyit sakit ketika kakiku menyentuh lantai. Sesuatu di bawah perutku terasa sakit.
“Kenapa sayang? Sakit?” priaku langsung beranjak turun dari tempat tidur lalu meembantuku menopang tubuhku. “Maaf sayang.” Ia kembali memasang wajah menyesal.
Aku mengelus rambutnya dengan lembut. “Aku tidak apa-apa. Cuma sedikit sakit.”
“Kau mau kemana? Ke kamar mandi? Akan ku bantu.”
Aku tersenyum ketika ia membantuku berjalan ke kamar mandi. Oh priaku. Apakah mungkin kita akan bersatu?
####
Hari ini aku sudah muntah-muntah selama beberapa kali, membuatku harus absen tidak bisa masuk kuliah. Aku menatap diriku di depan cermin kamar mandi. Begitu pucat dan putih. Kepalaku pun sangat pusing.
Ketika aku memutar tubuhku aku mendengar samar-samar suara iklan di televise. Iklan pembalut. Aku berhenti sejenak di depan televise. Pembalut? Aku terdiam. Lalu secepat kilat aku berlari menuju kalender yang terpaku di dinding. Seharusnya aku mendapat periodeku beberapa minggu yang lalu, dan aku tidak pernah terlambat. Apakah… apakah… ya tuhan! Apakah aku hamil????

Sunday 23 June 2013

Resensi Buku : 4 season karya Ilana Tan

Sekarang aku pengen resensi buku. Kalian pasti kenal pengarang Ilana Tan. Kalau nggak karya-karya bukunya masih ada di Gramed dan wajib buat di baca. Aku suka dengan gaya kepenulisannya Ilana Tan yang simple dan kitanya juga nggak pusing bacanya, padahal konflik di buku itu kalau aku bilang cukup rumit, tapi kita enjoy membacanya.
Karyanya Ilana yang booming banget itu, orang-orang biasanya menyebut 4 musim. karena di setiap judulnya, Ilana Tan selalu menulis 4 musim. Contoh : Summer in Seoul, Auntumn in Paris, Winter in Tokyo, dan Spring in London.

Aku paling suka sama Auntumn in Paris. buku ini sukses buat aku berkaca-kaca dan nyesek. Dari keempat buku 4 musim itu. Aku kira cuma Auntumn in Paris yang memiliki sad ending. Tema ceritanya adalah forbidden love. Aku kasih nilai 8 dari 10 untuk buku ini karena sukses mencampurkan segala macam emosi hahaha.Oh.... dan kata-kata yang pasti semua setuju banget karena kata-kata ini mempunyai makna yang dalam. "Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu." ummm.... jadi pengen nangis

Lalu Winter in Tokyo. Buku ini lebih tebal dari buku-buku yang lain. Karena memang ceritanya yang lebih rumit. Tapi berbahagialah kalian karena buku ini berakhir dengan happy ending. Jadi gambaran ceritanya si laki-laki lupa ingatan dan melupakan si wanita tapi akhirnya cinta mereka bersatu dan berakhir dengan bahagia.

Lalu Summer in Seoul. Buku pertama Ilana Tan ini temanya sederhana, yaitu seorang artis laki-laki yang ponselnya tertukar dengan ponsel milik gadis campuran Indonesia karena merek dan nada dering ponsel mereka sama. simple namun menarik.

Dan Spring in London. Buku ini menceritakan kembaran perempuan dari Winter in Tokyo yang bekerja sebagai model yang bertemu dengan model pria saat syuting video klip. Cerita ini juga rumit namun kita tidak pusing untuk menyimaknya.

Ada lagi novel Ilana Tan yang terbaru judulnya Sunshine becomes you. Aku juga udah baca buku ini tapi rada-rada lupa dengan ceritanya karena udah lama bacanya. Bukunya cukup tebal namun covernya bagus. hehe... nanti kalau aku udah inget aku coba tulis disini.
Untuk yang butuh bacaan ringan ini cocok banget. Jadi, Selamat membaca ya. Semoga resensinya berguna :)

Resensi Film : If Only


 Karena belum nemu ilham untuk ngelanjutin cerita manapun dan aku udah kepengen nulis di blog jadi mending kita rensensi film aja.

Oke. sebelumnya mau nanya. Ada yang udah pernah nonton film ini?

Yang lagi galau gundah gulana dan lagi marahan sama sang pacar. Aku saranin banget untuk nonton film ini. Awal tahu film ini karena pas waktu liburan bingung mau nonton apa dan entah kenapa lagi pengen film yang melow-melow.
Film ini keluar tahun 2004. Para pemainnya Jennifer Love Hewitt sebagai Sam dan Paul Nichols sebagai Ian. Jadi ceritanya Sam dan Ian ini adalah sepasang kekasih. Sam adalah seorang guru musik sekaligus pemain biola sedangkan Ian adalah seorang eksekutif muda. Hubungan mereka akhir-akhir ini menjadi renggang. Ian merasa bosan kepada Sam sedangkan Sam merasa Ian sudah tidak peduli lagi dengannya. Semuanya berubah ketika Ian bertemu dengan seorang supir taksi yang berkata-kata aneh kepadanya saat Ian dalam perjalanan menuju ke tempat konser Sam. Setelah konser tersebut Ian dan Sam bertengkar. Saat itu hujan deras dan Sam sudah masuk ke dalam taksi. Sam bertanya apakah Ian akan ikut bersamanya, tapi Ian menolak. Naas, Sam tewas karena taksi yang di tumpanginya mengalami kecelakaan. Ian merasa depresi dan menyesal. Well, kata-kata 'penyesalan selalu datang belakangan' that's always right. Tapi beruntungnya Ian. Ia di berikan kesempatan kedua. Ian kembali ke hari dimana kecelakaan itu belum terjadi dan Sam masih hidup. So, bagaimana akhirnya??? apakah Ian berhasil 'menyelamatkan' Sam. wanita yang dicintainya.

Banyak banget pesan yang aku tangkep pas nonton film yang berhasil bikin aku sesegukan ini. Pertama, jangan pernah melakukan sesuatu yang akan kamu sesali nantinya. Kedua, manfaatkanlah waktu semaksimal mungkin dengan orang-orang yang kamu cintai, karena waktu tidak akan berbaik hati untuk mundur dan kembali ke masa itu. Ketiga, Kita pasti akan rela ngelakuin apa saja agar kita tidak akan kehilangan orang yang kita cintai.
Kata-kata yang bagus banget dari film ini: He Loved Her Like There Was No Tommorow.
Yup, Jadi, Cintailah orang yang kamu cintai seakan nggak ada hari esok. So deeeepppp.... hiks :'(

Pesannya, siapin tisu dan hati-hati mata merah akibat sering menangis. Jadi, Selamat Menonton! Semoga resensinya berguna untuk milih film bagus. apalagi kalau nggak salah sekarang lagi libur sekolah (bagi yang ikutan libur)