Maaf ya aku jadi jarang posting. Seringnya aku sekarang main di wattpad lagipula sekarang ini aku lagi labil imajinasi serta malesisasi wkwkwkwk gak ada ide buat ngelanjutin cerita. Stok juga semakin menipis. Sekarang juga lagi sibuk2nya praktikum jadi... mohon maaf sebesar-besarnya ya... *nunduk 1000x*
Andreas POV
Aku begitu bahagia hari
ini. Sebenarnya aku tidak ada rencana sama sekali membawanya ke tempat itu.
Jujur saja tadi adalah pertama kalinya aku kesana setelah belasan tahun aku
tidak kesana. Taman itu. Aku masih ingat pertama kalinya aku dan dia menemukan
taman itu tanpa sengaja.
Waktu itu kami sedang
berjalan-jalan. Menikmati indahnya bunga bermekaran dan juga angin yang
berhembus dengan nyamannya. Kami tidak tahu arah jalan kami. Kami hanya
mengikuti langkah kaki kami yang sepertinya mempunyai pikirannya sendiri. Tiba-tiba
saja kami sudah sampai di taman itu. Begitu indah dan hijau, sama seperti yang
aku lihat barusan. Setelah kami yakin tidak ada yang mengetahui taman itu
selain kami, kami mengklaimnya menjadi taman milik kami. Saat itu kami menamai
taman itu, tapi aku lupa namanya. Yang ku ingat namanya begitu indah seperti
gabungan dari nama kami.
Akh… begitu indahnya
hari ini. Hari ini aku seperti merasakan hari dimana aku bersamanya. Tidur di
pangkuannya, dan dia mengelus rambutku dengan lembut. Dari bawah aku dapat
melihat senyumnya yang mempesona. Senyum yang begitu manis. Aku seperti
mengalami déjà vu.
####
Normal POV
“Hai Red” sapaku ketika
aku membukakan pintu untuk Red.
“Hai. Tidak biasanya
kau mengundangku makan malam, Claura.” Ucapnya seraya menutup pintu.
Aku tersenyum.
“Katakanlah aku sedang baik.”
“Kau sedang bahagia
kelihatannya.” Ujarnya dengan nada menyelidik.
“Ya, seperti itulah.”
Aku meletakan masakan terakhirku di atas meja.
“Siapa orang itu?”
“Orang yang mana?”
tanyaku bingung namun aku mengerti apa yang ditanyakannya. Aku melepas apron ku
dan mencuci tanganku.
“Oh ayolah. Aku sudah
lama mengenalmu dan kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tersenyum seperti
orang gila.”
Apakah aku tersenyum?
“Apakah dia tampan?”
tanya Red dengan nada menggoda.
Aku mengangguk. “Dia
lumayan tampan.”
“Seperti apa dia?”
Aku kembali
mengingat-ingat wajahnya. “Rambutnya hitam menutupi kening, tidak panjang tapi
sangat rapi. Wajahnya bersih, tidak ada kumis, janggut, atau bulu apapun. Dan
matanya…. Matanya begitu coklat.”
“Oh, aku sangat ingin
melihatnya, sayang.”
“Kau sudah pernah
melihatnya, Red.” Red meengernyit. “Kau masih ingat pria di meja no 15? Yang
kubilang dia mengataiku seorang pencuri? Dialah orangnya Red.”
Red tampak terkejut.
“Laki-laki itu? Laki-laki yang membelikanmu makanan paling mahal di
restaurant?” aku mengangguk. “Ya tuhan, Claura. Kau sangat sangat beruntung.”
Red lalu memelukku dengan erat. “Tapi kurasa ia terlalu tua untukmu. Berapa
umurnya? 40? 45?”
“39.”
“Oh. Itu menuju tua.”
Red lalu duduk di kursi makan. “Apakah ia ehm… mempunyai istri? Karena aku
tidka mau kau menjadi selingkuhannya sayang.”
“Dia sendiri. Dia
bilang dia pernah menikah tapi pernikahannya gagal.”
“Ooohhh…”
“Jangan memasang
tampang seperti itu Red. Kau tidak punya kesempatan. Dia normal. Dan kau sudah
punya Josh.” Ucapku mengingatkan.
“Jangan mengingatkanku
sayang. Aku masih setia dengan Josh. Tapi sepertinya tidak ada salahnya bila
aku bermain-main sedikit.”
“Red!” mataku melotot.
“Makanlah. Kau membuatku kehilangan kesabaran.”
Red terkekeh lalu
menyuapkan makanannya ke mulut. “Masakanmu selalu enak sayang.”
No comments:
Post a Comment