Saturday 14 September 2013

Always Love You Part 7

Maaf ya aku jadi jarang posting. Seringnya aku sekarang main di wattpad lagipula sekarang ini aku lagi labil imajinasi serta malesisasi wkwkwkwk gak ada ide buat ngelanjutin cerita. Stok juga semakin menipis. Sekarang juga lagi sibuk2nya praktikum jadi... mohon maaf sebesar-besarnya ya... *nunduk 1000x*

 
Andreas POV
Aku begitu bahagia hari ini. Sebenarnya aku tidak ada rencana sama sekali membawanya ke tempat itu. Jujur saja tadi adalah pertama kalinya aku kesana setelah belasan tahun aku tidak kesana. Taman itu. Aku masih ingat pertama kalinya aku dan dia menemukan taman itu tanpa sengaja.
Waktu itu kami sedang berjalan-jalan. Menikmati indahnya bunga bermekaran dan juga angin yang berhembus dengan nyamannya. Kami tidak tahu arah jalan kami. Kami hanya mengikuti langkah kaki kami yang sepertinya mempunyai pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja kami sudah sampai di taman itu. Begitu indah dan hijau, sama seperti yang aku lihat barusan. Setelah kami yakin tidak ada yang mengetahui taman itu selain kami, kami mengklaimnya menjadi taman milik kami. Saat itu kami menamai taman itu, tapi aku lupa namanya. Yang ku ingat namanya begitu indah seperti gabungan dari nama kami.
Akh… begitu indahnya hari ini. Hari ini aku seperti merasakan hari dimana aku bersamanya. Tidur di pangkuannya, dan dia mengelus rambutku dengan lembut. Dari bawah aku dapat melihat senyumnya yang mempesona. Senyum yang begitu manis. Aku seperti mengalami déjà vu.
####
Normal POV
“Hai Red” sapaku ketika aku membukakan pintu untuk Red.
“Hai. Tidak biasanya kau mengundangku makan malam, Claura.” Ucapnya seraya menutup pintu.
Aku tersenyum. “Katakanlah aku sedang baik.”
“Kau sedang bahagia kelihatannya.” Ujarnya dengan nada menyelidik.
“Ya, seperti itulah.” Aku meletakan masakan terakhirku di atas meja.
“Siapa orang itu?”
“Orang yang mana?” tanyaku bingung namun aku mengerti apa yang ditanyakannya. Aku melepas apron ku dan mencuci tanganku.
“Oh ayolah. Aku sudah lama mengenalmu dan kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tersenyum seperti orang gila.”
Apakah aku tersenyum?
“Apakah dia tampan?” tanya Red dengan nada menggoda.
Aku mengangguk. “Dia lumayan tampan.”
“Seperti apa dia?”
Aku kembali mengingat-ingat wajahnya. “Rambutnya hitam menutupi kening, tidak panjang tapi sangat rapi. Wajahnya bersih, tidak ada kumis, janggut, atau bulu apapun. Dan matanya…. Matanya begitu coklat.”
“Oh, aku sangat ingin melihatnya, sayang.”
“Kau sudah pernah melihatnya, Red.” Red meengernyit. “Kau masih ingat pria di meja no 15? Yang kubilang dia mengataiku seorang pencuri? Dialah orangnya Red.”
Red tampak terkejut. “Laki-laki itu? Laki-laki yang membelikanmu makanan paling mahal di restaurant?” aku mengangguk. “Ya tuhan, Claura. Kau sangat sangat beruntung.” Red lalu memelukku dengan erat. “Tapi kurasa ia terlalu tua untukmu. Berapa umurnya? 40? 45?”
“39.”
“Oh. Itu menuju tua.” Red lalu duduk di kursi makan. “Apakah ia ehm… mempunyai istri? Karena aku tidka mau kau menjadi selingkuhannya sayang.”
“Dia sendiri. Dia bilang dia pernah menikah tapi pernikahannya gagal.”
“Ooohhh…”
“Jangan memasang tampang seperti itu Red. Kau tidak punya kesempatan. Dia normal. Dan kau sudah punya Josh.” Ucapku mengingatkan.
“Jangan mengingatkanku sayang. Aku masih setia dengan Josh. Tapi sepertinya tidak ada salahnya bila aku bermain-main sedikit.”
“Red!” mataku melotot. “Makanlah. Kau membuatku kehilangan kesabaran.”
Red terkekeh lalu menyuapkan makanannya ke mulut. “Masakanmu selalu enak sayang.”

No comments:

Post a Comment