“Pagi, ma. Pagi sus.”
Suster itu hanya tersenyum.
“Mama sudah mau makan?”
“Sudah, tuan. Walau sedikit demi sedikit
tapi nyonya sudah mau makan.”
Aku tersenyum. Senang rasanya ada perkembangan
dari mama.
“Aku berangkat dulu ya ma. Nanti malem
saya aja yang jagain mama, sus.” Aku kembali mengecup pipi mama lalu berangkat
ke kantor.
***
Hari ini aku datang ke kantor di sambut
dengan meeting dengan boss. Membosankan dan membuatku mengantuk. Sudah beberapa
kali aku menguap. Tadi malam aku kurang tidur, laporan yang ku kerjakan tadi
malam kupersiapkan untuk meeting hari ini. Laporan-laporan itu baru selesai ku
kerjakan pada pukul 2 malam dan sudah 3 hari berturut-turut aku seperti ini. Aku
bisa sakit.
“Kenapa? Mukanya suntuk banget, Dik?”
Chris sahabatku mengomentari raut wajahku. Ia memperhatikan lingkaran mata yang
jelas terlihat.
“Udah 3 hari ini aku sibuk ngerjain
laporan buat meeting tadi. Sampai-sampai mengangganggu waktu tidurku, belum
lagi aku harus mengurusi mamaku. Aku hanya takut sakit, Chris.” Keluhku seraya
memijit-mijit pelipis.
“Kamu butuh istirahat. Kenapa nggak
ngajuin cuti? Muka kamu kelihatan banget nggak ke urus.”
Aku menelusupkan kepalaku di antara
kedua tanganku. Chris benar aku butuh istirahat atau aku bisa benar-benar
sakit.
Ketika aku sedang mencoba mengontrol
kepalaku yang berdenyut-denyut, bos datang dengan membawa setumpuk map di
tangannya.
“Dika, ini laporan baru yang harus kamu
kerjakan. Saya ingin laporan ini selesai dalam waktu 1 minggu.”
Aku hanya menatap setumpuk berkas ini
dengan diam. Ya tuhan....
“Aku rasa kamu belum bisa libur, Dik.”
Ucap Chris seraya menggelengkan kepalanya.
Aku kembali tertunduk lemas.
****
Aku jatuh sakit.
Setelah hampir 1 minggu lebih aku sibuk
mengerjakan laporan yang diberikan bos ku waktu itu. Laporan yang menyita
waktuku hampir 24 jam itu akhirnya mampu mengalahkan sistem imun tubuhku. Aku
roboh dan jatuh sakit. Dokter bilang aku mengalami typus. Badanku panas dan
wajahku pucat. Mau tak mau bos memberiku cuti.
Kini tubuhku terbaring lemas di tempat
tidur rumah sakit. Sakit dan seorang diri. Terkadang suster datang dan
membawakan pakaian ganti untukku tapi setelah itu ia kembali ke rumah untuk
menjaga mama.
“Hai, Dude. Apa kabarnya?” Chris datang dengan
membawa keranjang berisi buah-buahan.
Aku hanya tersenyum lemah. “Tidur
seperti orang bodoh.”
Chris meletakkan keranjang tersebut di
atas meja. “Gimana? Udah ngerasa baikan?”
“Lumayan. Seenggaknya aku bisa tidur
seharian.”
Chris tertawa. “Ya, setidaknya kamu bisa
istirahat.”
Ketika kami sedang mengobrol. Amel
datang menjengukku. Dia membawa sekotak kue berukuran besar. Kue kesukaanku.
“Gimana keadannya, Dik?” tanya Amel
malu-malu.
Amel adalah teman satu divisi dengaku di
tempat kerja. Kami sering lembur bareng ketika ada deadline besok paginya. Yah,
sekedar teman tidak lebih.
“Udah sedikit baikan kok, Mel. Makasih
ya udah mau jenguk.”
Amel mengangguk malu.
Amel orangnya manis. Parasnya sunda
asli. Tutur katanya juga sangat terjaga. Walaupun sedikit tomboy karena
potongan rambutnya yang pendek tapi dia kelihatan baik. Banyak dari teman-teman
kami yang sering menjodohkan kami, tapi sekarang ini aku sedang tidak ingin
terikat dengan siapapun.
No comments:
Post a Comment