Friday 18 January 2013

Revenge (longer version) Part 2




Aku turun dari tangga seraya mengancingkan lengan kemejaku. Ku lihat meja makan sudah ada mama disana. Aku tersenyum kudekati mama lalu memeluknya dari belakang. Mengecup pipinya denga lembut.
“Pagi, ma. Pagi sus.”
Suster itu hanya tersenyum.
“Mama sudah mau makan?”
“Sudah, tuan. Walau sedikit demi sedikit tapi nyonya sudah mau makan.”
Aku tersenyum. Senang rasanya ada perkembangan dari mama.
“Aku berangkat dulu ya ma. Nanti malem saya aja yang jagain mama, sus.” Aku kembali mengecup pipi mama lalu berangkat ke kantor.
***

Hari ini aku datang ke kantor di sambut dengan meeting dengan boss. Membosankan dan membuatku mengantuk. Sudah beberapa kali aku menguap. Tadi malam aku kurang tidur, laporan yang ku kerjakan tadi malam kupersiapkan untuk meeting hari ini. Laporan-laporan itu baru selesai ku kerjakan pada pukul 2 malam dan sudah 3 hari berturut-turut aku seperti ini. Aku bisa sakit.
“Kenapa? Mukanya suntuk banget, Dik?” Chris sahabatku mengomentari raut wajahku. Ia memperhatikan lingkaran mata yang jelas terlihat.
“Udah 3 hari ini aku sibuk ngerjain laporan buat meeting tadi. Sampai-sampai mengangganggu waktu tidurku, belum lagi aku harus mengurusi mamaku. Aku hanya takut sakit, Chris.” Keluhku seraya memijit-mijit pelipis.
“Kamu butuh istirahat. Kenapa nggak ngajuin cuti? Muka kamu kelihatan banget nggak ke urus.”
Aku menelusupkan kepalaku di antara kedua tanganku. Chris benar aku butuh istirahat atau aku bisa benar-benar sakit.
Ketika aku sedang mencoba mengontrol kepalaku yang berdenyut-denyut, bos datang dengan membawa setumpuk map di tangannya.
“Dika, ini laporan baru yang harus kamu kerjakan. Saya ingin laporan ini selesai dalam waktu 1 minggu.”
Aku hanya menatap setumpuk berkas ini dengan diam. Ya tuhan....
“Aku rasa kamu belum bisa libur, Dik.” Ucap Chris seraya menggelengkan kepalanya.
Aku kembali tertunduk lemas. 

****

Aku jatuh sakit.
Setelah hampir 1 minggu lebih aku sibuk mengerjakan laporan yang diberikan bos ku waktu itu. Laporan yang menyita waktuku hampir 24 jam itu akhirnya mampu mengalahkan sistem imun tubuhku. Aku roboh dan jatuh sakit. Dokter bilang aku mengalami typus. Badanku panas dan wajahku pucat. Mau tak mau bos memberiku cuti.
Kini tubuhku terbaring lemas di tempat tidur rumah sakit. Sakit dan seorang diri. Terkadang suster datang dan membawakan pakaian ganti untukku tapi setelah itu ia kembali ke rumah untuk menjaga mama.
“Hai, Dude. Apa kabarnya?” Chris datang dengan membawa keranjang berisi buah-buahan.
Aku hanya tersenyum lemah. “Tidur seperti orang bodoh.”
Chris meletakkan keranjang tersebut di atas meja. “Gimana? Udah ngerasa baikan?”
“Lumayan. Seenggaknya aku bisa tidur seharian.”
Chris tertawa. “Ya, setidaknya kamu bisa istirahat.”
Ketika kami sedang mengobrol. Amel datang menjengukku. Dia membawa sekotak kue berukuran besar. Kue kesukaanku.
“Gimana keadannya, Dik?” tanya Amel malu-malu.
Amel adalah teman satu divisi dengaku di tempat kerja. Kami sering lembur bareng ketika ada deadline besok paginya. Yah, sekedar teman tidak lebih.
“Udah sedikit baikan kok, Mel. Makasih ya udah mau jenguk.”
Amel mengangguk malu.
Amel orangnya manis. Parasnya sunda asli. Tutur katanya juga sangat terjaga. Walaupun sedikit tomboy karena potongan rambutnya yang pendek tapi dia kelihatan baik. Banyak dari teman-teman kami yang sering menjodohkan kami, tapi sekarang ini aku sedang tidak ingin terikat dengan siapapun.

No comments:

Post a Comment