Aku sudah keluar dari rumah sakit. Dokter memberikanku cukup banyak obat. Sebenarnya aku adalah tipe orang yang paling malas untuk minum obat, tapi mau bagaimana lagi? Mau sembuh tidak?
Hari pertama ku pulang ke rumah
kuhabiskan dengan istirahat. Jujur badan ini masih lemah, wajahku juga masih
pucat.
Tenggorokanku kering. Aku haus. Ku
langkahkan kaki ini menuju dapur. Ku isi gelas dengan air hangat lalu kuteguk
hingga habis. Hari sudah malam. Jam di ruang tengah sudah bedentang selama 12
kali, menandakan sudah tengah malam.
Aku hendak kembali ke kamar tidurku
ketika aku menemukan mama sedang duduk diam menghadap ke jendela. Ku hampiri
mama.
“Mama. Sedang apa disini? Sudah malam.
Dingin lagi.” Aku menyelimuti mama dengan selimut yang ada di sofa.
Mama masih menatap kosong keluar
jendela. Aku hendak menutup tirainya namun lengan mama menghentikanku.
Mama tersenyum lemah. “Hari ini ulang
tahunnya Yuda.”
Aku tersentak kaget. Benarkah? Hari ini
ulang tahun Yuda? Ya tuhan....
“Hari ini ulang tahunnya Yuda.” Mama
kembali mengucapkannya.
“Aku tahu ma... aku tahu... kita besok
ke makamnya Yuda. Sekarang mama istirahat dulu ya?” Aku membantu mama bangkit
dari kursi lalu membawanya menuju kamar.
Tak lupa kuselimuti dan ku beri kecupan sayang, lalu pergi keluar kamar.
Aku menutup pintu tanpa suara.
Aku mendesah. Tak terasa sudah hampir 3
tahun semenjak kematian Yuda. Sekarang Yuda sudah berumur 27 tahun sudah
waktunya ia untuk menikah. Ya, seandainya saja dia masih hidup. Pasti sekarang
kami sedang merayakan ulang tahunnya. Dapur pasti penuh dengan makanan-makanan
enak buatan dari mama.
Aku menggelengkan kepalaku, mencoba
mengembalikan kesadaranku bahwa Yuda sudah tidak ada. Tak ingin lagi ku
menghayal tentang Yuda. Sudah cukup.
****
Aku sedang mengerjakan laporan keuangan
di kamarku, ketika ponselku berbunyi. Yuda.
Aku tersenyum ketika melihat nama yang
muncul. "Pasti pengen pamer karena dapet pacar baru." gumamku lalu
menekan tombol di ponsel.
"Ada apa Yud?"
"Ini bapak Andika?" terdengar
suara berat seorang bapak-bapak di sana. Ini bukan suara Yuda.
"Iya, ini saya. Anda siapa
ya?" tanyaku hati-hati.
"Bapak Yuda mengalami kecelakaan
lalu lintas. Baru saja di bawa ke rumah sakit, saya orang yang menemukan dompet
dan ponsel dari bapak Yuda."
Seketika itu juga aku membeku. Yuda kecelakaan?
Setelah menanyakan alamat rumah sakit aku langsung bergegas menuju ke sana.
Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lama. Padahal jaraknya dari rumah
ku tidak terlalu jauh, jalanan pun sedang tidak ramai. Sesampainya di sana, aku
berlari mencari-cari dimana ruang perawatan Yuda.
"Bapak mencari
siapa?" tanya seornag suster menghampiriku
"Yuda. Yuda Kameswara. Tadi ada
yang nelfon saya kalau adik saya masuk rumah sakit ini." Nafasku
tersengal-sengal ketika menjawab pertanyaan suster tersebut.
"Anda Bapak Andika?" tanya
seorang pria paruh baya menghampiriku. Aku melihat pria itu dengan tatapan
hati-hati.
"Kenalkan saya Pram. Saya yang tadi
nelfon anda." Bapak itu mengulurkan tangannya aku menyambutnya dengan
hormat.
"Adik saya dimana sekarang?"
Seketika itu juga raut wajahnya berubah.
Nampak sekali ketakutan di wajahnya.
"Adik saya dimana sekarang?"
desakku tidak sabar. Mengapa tubuhku menjadi tidak enak begini. Perasaan apa
ini?
"Baru beberapa menit yang lalu, nak
Yuda meninggal dunia. Sekarang jenazahnya sedang di bawa ke ruang
jenazah."
Seketika itu juga aku merasa duniaku
runtuh dan hancur. Aku membeku di tempat. Adikku satu-satunya. Meninggal?

No comments:
Post a Comment