“Akh… akhirnya kau datang juga.” Seru Davin ketika ia
membuka pintu dan menemukan Alexa disana. “Ayo masuk.”
Kesan pertama saat memasuki apartement Davin adalah
maskulin. Warna hitam putih lebih banyak mendominasi setiap ruangan. Begitu
klasik dan terasa tenang.
“Selamat datang di apartementku.” Ujar Davin gembira.
“Bagaimana menurutmu? Bagus kan?”
Alexa mengangguk. “Tak kusangka kau mempunyai apartement
sebagus ini.”
“Akh… lagi-lagi kau meragukanku, Alexandra Ardy.”
Alexa mengikuti langkah Davin ke dapurnya. Langkahnya
terhenti ketika dilihatnya banyak makanan yang sudah terhidang di atas meja
makan.
“Kau memasaknya sendiri?” Tanya
Alexa takjub
“Mmm.” Davin mengeluarkan botol wine dari lemari. “Kau tidak
sedang menyetir kan?”
“Aku naik taksi.”
“Bagus.” Davin menuangkan wine tersebut ke dalam gelas dan
mengiinya sedikit. “Aku akan mengantarmu pulang.”
Alexa menerima gelas itu lalu menggoyangkannya pelan.
“Jangan buatku mabuk. Kau tahu apa yang terjadi ketika aku mabuk.”
Mereka lalu menyesap anggurnya masing-masing. Alexa hanya
menyesap anggurnya seikit hanya untuk merasakannya di ujung lidah saja. Ia
sedang tidak ingin mabuk sekarang. Tidak ketika Steve sedang berada di
dekatnya.
“Mau makan sekarang?” Tanya Davin seraya meletakkan gelasnya
di atas meja.
“Aku benar-benar lapar sekarang.”
“Ku dengar kau dan Jenny akan pergi
ke Bali”
Mereka sedang duduk di sofa sekarang. Setelah menikmati
masakan enak buatan Davin, mereka kini menyesap anggurnya masing-masing. Di
temani kesunyian, tanpa suara, begitu hening.
“Kau pasti dengar dari Jenny.”
Davin tersenyum. “Kami bertemu ketika makan siang tadi.”
Alexa kembali menyesap anggur miliknya. Merasakan sedikit
demi sedikit alcohol merasuki setiap pembuluh darahnya.
“Tapi sepertinya kau tidak bahagia.”
Alexa menoleh kepada Davin dan menatapnya sejenak. “Dari
mana kau berkesimpulan seperti itu?”
“Dari ekspresi wajahmu. Aku memang bukan orang yang pandai
membaca ekspresi, namun aku tahu bagaimana wajah orang tidak bahagia.” Davin
meletakkan gelasnya di meja terdekat, lalu merubah posisi duduknya menjadi
sedikit menyamping. “Ada apa sebenarnya? Kau tidak suka pergi ke Bali?”
“Bukan. Bukan itu. Aku sangat menyukai Bali terutama
pantainya. I love it. Tapi ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang….”
Tiba-tiba ponsel Alexa berbunyi. Alexa merogoh ke dalam
tasnya dan mengambil ponselnya. Pesan dari Steve.
Aku
sedang berada di depan apartementmu sekarang.
Mata Alexa membelalak. Untuk apa Steve berada di
apartementnya? Ya tuhan! Tak cukupkah dia mengacaukan semuanya?
“Dari siapa?” Tanya Davin
membuyarkan lamunannya
“Aku harus pulang sekarang. Terima kasih atas makan
malamnya. Enak sekali.” Alexa masih berusaha untuk tersenyum walau di kepalanya
banyak sekali pikiran-pikiran yang memusingkan.
“Mau ku antar?”
Alexa menggeleng. “Tidak perlu. Aku naik taksi saja.”
“Hati-hati di jalan.”
****
Alexa memasuki lift dengan perasaan tak menentu. Apa lagi
yang diinginkan laki-laki ini?
Ketika list berdenting dan pintu lift terbuka. Alexa
langsung menemukan Steve sedang meringkuk di depan pintunya. Kedinginan.
“Apa maumu sebenarnya?” bentak Alexa ketika ia sudah berada
di hadapan Steve.
Steve mendongak. Dilihatnya wajah Alexa yang jauh tinggi
darinya. Tatapannya terlihat sayu. Ya tuhan!
“Jangan pergi.” Ucapnya lemah
Seketika itu juga rasa amarah yang sudah dari tadi Alexa
pendam langsung sirna ketika mendengar ucapan lemah dari Steve.
“Aku mohon jangan pergi.” Ucap Steve sekali lagi.
Alexa berlutut, mencoba menyelaraskan badannya dengan Steve.
“Aku harus pergi. Sekarang aku harus berbenah. Hanya 2 hari Steve. Hanya 2
hari.” Jari-jari lentik Alexa menyentuh pipi dan rahang Steve. Mata Steve terpejam
merasakan sentuhan lembut di pipinya.
“Kalau begitu aku akan ikut.”
“Tidak. Kau harus tetap disini. Kau punya pekerjaan disini,
Steve.”
Alexa menghembuskan nafas. “Sebaiknya kau pulang sekarang.
Aku harus menyiapkan barang-baarangku untuk besok, lagipula aku capai sekali
hari ini.” Alexa mencium bibir Steve sekilas lalu kembali bangkit dan membuka
pintu apartementnya.
Sungguh melelahkan hari ini.
Hmmm.. Ntar, Alexandra sma Steve ato Davin ya?
ReplyDeletehayo hayo... tebak berhadiah.... sama siapa ya? hmmmm??? *berpikir keras* hihihi
ReplyDelete