“Ma… mama makan dulu ya? Mau aku yang suapin?” Aku
mengambil sendok dan piring dari tangan suster. “Biar saya aja, sus.” Suster
hanya tersenyum lemah sbelum ia meninggalkan kami berdua. “Ayo buka mulutnya
ma.” Aku mendekatkan sendok hingga sejajar dengan mulut mama. Mama hanya diam.
Mematung dan diam.
Aku kembali meletakkan sendok tersebut. Menaruh
piring beserta makanan yang hanya tersentuk sedikit itu di atas meja. Aku
memandang mama dengan tatapan miris. Mama selalu begini semejak kematian Yuda.
Ya, Yuda Kameswara. Adikku satu-satunya. Adik
kesayanganku. Adik sekaligus sahabatku. Yuda meninggal akibat kecelakaan.
Mobilnya hancur tak berbentuk lagi setelah menabrak plang jalan. Tidak
ditemukan alcohol atau apapun dalam tubuh Yuda. Dia bersih. Tentu saja, adikku
tidak pernah macam-macam.
“Mama mau tidur? Mau istirahat?”
Mama mengangguk.
Aku membantunya bangkir dari kursi lalu memapahnya
ke tempat tidur. Tak lupa aku menyelimutinya agar mama merasa aman dan nyaman.
Ku kecup keningnya. Ku lihat matanya terpejam dengan indah. Mama sudah
terlelap.
Dengan perlahan aku keluar dari kamar mama, berusaha
semaksimal mungkin tidak membuat suara. Aku tutup pintunya dengan pelan.
Aku mendesah. Ku sandarkan badanku pada tembok
terdekat. Aku lelah. Aku lelah melihat mama yang selalu seperti ini. Bangun
pagi dan langsung duduk di depan jendela. Tidak ada hal lain yang dilakukannya.
Aku khawatir dengan kesehatannya. Mama sudah sering keluar masuk rumah sakit.
Aku tidak ingin kehilangan mama.
Dokter bilang mama mengalami depresi berat. Mama
tidak mau makan, tidak mau berbicara, tidak juga melakukan apapun. Tatapan
matanya kosong. Begitu miris sekali keadannya.
“Nyonya sudah tidur tuan?” Tanya suster membuyarkan
lamunanku.
Aku mengangguk. “Kalau suster mau tidur silahkan
saja. Biar malam ini saya yang jagain mama.” Suster itu mengangguk lalu pergi
masuk ke kamarnya.
Aku juga melangkah pergi masuk ke kamarku. Banyak
sekali pekerjaan yang harus aku lakukan. Banyak laporan yang harus di kumpulkan
besok. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku.
****
"Tadi pagi dia buatin aku makan siang
sebelum meeting. Seneng sih, aku kira cuma aku aja yang dibikinin kak tapi
ternyata satu ruangan meeting juga di bikinin hahahha bikin ge er aja."
Ucap Yuda malu-malu sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Masakannya enak ? jangan-jangan dia
nggak bisa masak lagi.”
Dia meneguk kopinya lalu meletakkanya
kembali ke atas meja. “Enak banget. Dia emang pinter masak. Kakak mau aku kasih masakan buatan Krista?"
"Ngapain?
Masih bisa masak sendiri. Lagian masakan mama jauh lebih enak.” Lalu kami
tertawa-tawa dan bernyanyi riang dengan gitar di tanganku.
***
Aku tersentak dari tidurku. Kepala ini
menjadi pusing. Ternyata tadi aku bermimpi. Aku bermimpi dengan mengenang masa
lalu. Yuda ada disana. Dalam mimpiku. Sial! Mimpi itu terasa begitu nyata. Aku
dan Yuda sedang sibuk membicarakan gadisnya dan kami tertawa riang. Apa-apa itu
tadi?!
Aku bangkit dari tempat tidur lalu
berjalan ke kamar mandi. Mengguyur tubuh ini dengan air dingin. Mencoba
menjernihkan pikiran ini dari kejadian-kejadian yang mampu membuat stress. Aku
bisa jadi gila.
Lanjutanny yagh dear,,,
ReplyDeleteSemangaaaat,,,
keep writing sista,dtgu y next chapter :)
ReplyDeletemakasih mba ertika dan mba rena hehehe... ganbatte (._.)9
ReplyDeletehoreee akhirnya aku nemuin blog baru lagi seneng deh..*sambil loncat diatas kasur*
ReplyDeletethanks sist, keep writing..
dtunggu karyamu salanjutnya,jng berhenti disini aja y....