Selamat idul fitri semuaaaa..... akhirnya kesampean juga makan opor hehehe....
dalam rangka lebaran aku mau posting nih. tapi mungkin part ini mesti di kasih warning.... soalnya rada-rada gimana.... kalau di bilang hot nggak juga, kalau di bilang nggak hot yannggak tau ya....
Pokoknya selamat menikmati... aku pengen makan opor lagi :D
“Kita sudah sampai.”
Aku menatap keluar kaca
mobil. Dimana ini?
“Ayo keluar.” Andreas
membukakan pintu mobil untukku dan aku merasa sangat terhormat di perlakukan
seperti itu.
“Kita dimana?” tanyaku
kebingungan.
“Indah bukan? Dulu aku
sering kesini ketika aku masih muda dulu. Ya, aku sudah tua. Jangan menatapku
seperti itu. Walaupun umurku sudah 39 tahun tapi aku masih terlihat muda.”
Mataku mengitari
hamparan pemandangan yang sangat indah. Rumput yang begitu hijau di tambah
dengan beberapa bunga yang tumbuh di pinggir taman. Entah bagaimana Andreas
menemukan taman indah seperti ini.
“Ayo kita kesana.”
Andreas menarik tanganku menuju pohon besar yang sangat rindang. Kami lalu
duduk di bawah pohon. Begitu nyaman. Angin sepoi-sepoi dan juga teduhnya duduk
di bawah pohon membuatku merasa nyaman. Aku dapat mencium udara yang bersih
disini. Begitu tenang. Begitu sepi.
“Kau suka?” suara
Andreas membuatku membuka mata. Bahkan aku tak sadar sedari tadi aku menutup
mataku.
Aku mengangguk. “Tempat
ini sangat indah. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menemukan tempat seindah
ini.”
“Aku menemukannya
secara tidak sengaja. Ketika aku masih kuliah dulu. Aku bersama kekasihku yang
menemukan tempat ini. Sejak saat itu kami sering bermain kesini.”
“Kekasihmu? Maksudmu…”
“Bukan. Dia bukan
istriku. Aku sudah menikah tapi kemudian bercerai. Dia adalah wanita yang aku
cintai.” Ada sedikit penekanan di akhir kalimat. Cintai. Sepertinya Andreas
begitu mencintai wanita itu.
Andreas menolehkan
kepalanya hingga menatap wajahku.
“Tapi sekarang ada
wanita lain yang mampu mengisi kekosongan yang di tinggalkan wanita itu. Wanita
yang pada awal pertemuan kami ia dengan baik hatinya mengembalikan dompet
milikku, tapi aku dengan cerobohnya, menuduhnya sebagai seorang pencuri.”
Wajahnya mulai mendekat ke wajahku. “Tapi sepertinya wanita itu benar seorang
pencuri. Karena kini ia telah mencuri hatiku.” Andreas langsung mencium
bibirku. Melumatnya dengan lembut, membuatku membeku.
Aku mendorong bahunya.
Menjauhkan wajahnya dari wajahku. Muka ku memerah. Aku belum pernah berciuman
sebelumnya.
“Ada apa?” tanya
Andreas bingung.
“Aku… aku kira ini
terlalu cepat. Aku… aku tidak mengenalmu sama sekali.”
Andreas tersenyum.
“Kalau begitu ini bisa sebagai awal perkenalan kita.” Andreas memajukan kembali
wajahnya. Namun ketika bibirnya berada kurang dari satu centi lagi. Ia
berhenti. Matanya menatap mataku. “Bolehkah?”
Tanpa menunggu lagi aku
langsung mendekap wajahnya dan menciumnya. Mengikuti alur bibirnya. Mengecap
seluruh permukaan bibirnya. Rasanya… rasanya nikmat sekali. Bibirnya begitu
lembut dan basah. Aku suka. Kami saling melumat dengan lembut. Mencoba
menikmati rasa masing-masing. Dengan mata terpejam, dengan angin sepoi-sepoi,
kami menikmati ciuman yang memabukkan ini.
Nafasku terengah-engah
ketika kami melepaskan ciuman kami. Begitu pun dengan Andreas. Bibirnya kini
berwarna merah merekah. Aku menelusuri bibirku. Sepertinya aku juga begitu.
Bibirku terasa panas dan bengkak.
Jariku menyentuh
bibirnya. Menelusuri indahnya pahatan itu dengan jari-jari tanganku. Mengusap
bibirnya yang basah dengan ibu jariku. Aku tersenyum.
“Bibirmu indah.” Ucapku
terpana.
“Bibirmu juga indah
sayang.” Andreas kembali mengecup bibirku singkat.
###
“Siapa wanita itu?”
Kami masih berada di
taman yang indah itu. Masih berada di bawah pohon itu mengamati hamparan rumput
berwarna hijau. Aku mengelus rambut Andreas yang sedang terbaring di pangkuan
ku. Rambutnya begitu lembuh, tidak keras karena menggunakan gel, aku suka.
Matanya terpejam menikmati semilir angin yang tak henti-hentinya berhembus ke
arah kami.
“Hm?” tanyanya dengan
mata masih terpejam. Sepertinya ia menikmati sentuhanku.
“Wanita itu. Wanita
yang kau bilang kau sangat mencintainya.”
Matanya langsung
terbuka. Kepalanya ia balikkan sehingga kini menatap wajahku.
“Dia teman kuliahku
dulu. Wanita itu begitu cantik, begitu anggun, begitu pendiam, dna begitu
pemalu. Kami bertemu karena kami pernah berkelompok saat membuat tugas. Aku
jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Tapi sayang ibuku menjodohkan ku
dengan wanita lain. Kami harus berpisah. Dan beginilah sekarang.”
“Kau tidak mencarinya?”
jari-jari tanganku mengelus pipi dan rahangnya.
“Aku sudah berusaha
mencari dimana dia berada. Tapi entah mengapa ia seperti hilang di telan bumi.
Hingga akhirnya aku menyerah.” Andreas mengambil tanganku lalu mengecupnya.
“Kau cemburu?”
Aku menggeleng lalu tersenyum.
“Tidak. Aku hanya tertarik pada ceritamu.”
“Kau tahu? Aku suka
matamu. Ada sesuatu di dalam matamu. Mungkin ini yang membuatku jatuh cinta
padamu.”
“Aku juga suka matamu.
Matamu indah. Seperti hanya ada satu di dunia.”
“Tapi aku lebih suka
bibirmu. Bibirmu begitu lembut dan rasanya manis. Membuatku ketagihan.” Andreas
mencium bibirku lagi. Aku hanya tersenyum menerima ciumannya. “Sepertinya kau
adalah candu bagiku. Kau membuatku sakit bila tidak merasakan bibirmu.”
“Kau pandai sekali
menggoda pak tua.”
“Apa kau bilang? Pak
tua? Kau belum tahu bagaimana kekuatan seorang pak tua sepertiku ini.”
Andreas kemudia
menciumi leherku. Membuatku menggeliat kegelian. Aku berusaha mendorong
kepalanya tapi tiba-tiba saja tanganku lemas. Aku hanya bisa mendesah. Merasa
seperti tersengat listrik berarus pendek di leherku.
“Andreas….” Desahku
memanggil namanya.
“Apa sayang?” Andreas menelusiru
garis leherku dengan bibirnya yang lembut.
“Oh… Geli…”
“Kau merasa kegelian?
Kau ingin aku menghentikannya?” sekarang Andreas mengulum telingaku. Lidahnya
bermain-main disana. Oh tuhan, aku merasa lemas. Aku meremas rambutnya, menahan
kegelian yang kurasakan. Aku mendesah seperti orang kepedasan. Mataku terpejam
menikmati sentuhan-sentuhan yang ia berikan.
Tiba-tiba saja ponselku
berbunyi. Membuatku tersadar dari gairahku. Aku mengambil ponselku dari dalam
tas.
“Halo?” nafasku masih
terengah-engah. Seperti habis lari jarak jauh.
“Claura! Dimana kau?
Kau tidak jadi datang ke tempatku?”
“Oh Paula. Ehm…
sepertinya tidak. Aku… tiba-tiba saja aku ada urusan lain yang harus ku
kerjakan.”
“Urusan lain apa? Kau
sedang apa? Kau seperti habis berlari marathon.”
“Ehm…” aku tidak bisa
fokus. Andreas mengecupu leherku kembali. “Aku harus membersihkan apartemenku.
Seorang teman akan datang berkunjung.” Aku menggigit bibirku menahan erangan
yang akan keluar.
“Teman? Siapa? Apakah
aku mengenalnya?”
“Teman dari restaurant.
Kau tahu Red? Akh dia akan datang.”
“Oh, baiklah. Mungkin
kita akan hangout lain kali. Sebaiknya kau istriahat dulu, Claura. Kau
terdengar kecapaian.”
Aku langsung memutus
panggilan itu dan menarik wajah Andreas. Menciumi bibirnya dengan membabi buta.
Melumatnya dengan penuh gairah. Seperti nafasku berada di bibir indah itu.
Lidahku bergerak dengan liarnya, membelit lidahnya.
“Kau nakal sekali, pak
tua.” Ucapku terengah-engah setelah melepaskan ciuman kami.
“Aku tidak bisa menahan
lagi, sayang. Kau begitu memabukkan.” Andreas hendak menciumku lagi namun ku
tahan.
“Sebaiknya kita pulang.
Aku harus menelpon Red dan mengundangnya makan malam di tempatku. Aku tidak
ingin terlihat berbohong bila di tanya Paula nanti.”
“Red?” tanyanya dengan
alis melengkung.
“Dia bartender di
restaurant tempatku bekerja. Jangan khawatir dia gay.”
Andreas terperangah.
“Gay?”
Aku mengangguk. “Sekarang
tolong bawa aku pergi dari sini dan kembali ke apartementku.”
“Baik tuan putri.”
Andreas lalu
menggenggam erat tanganku dan kami berjalan menuju mobil dengan bergandeng
tangan. Entah mengapa itu terasa begitu romantis.
Kalau diliat dr umur andreas, jangan katakan claura anaknya andreas
ReplyDeletesalah... sebenernya tuh... andreas... bapak aku... hahaha *plaaakkkk*
Deleteini analisa sedikit menyerempet ini. aku sebagai author takut banget ceritanya ketebak hahaha...
di tunggu terus ya.... ;)
kwkwkwkwkkwkw aku sengaja mampir kesini, kali aja lanjutannya udah diposting. udah seneng banget nemu yg part 5 n 6, eh taunyaaaaaaaaa..... wkwkkwkw aku ketipuuuuuuuuuuuuu!!!! ketipuuuuuuuu!!!!wkwkwkwkkwkwkw
ReplyDeletewkwkwk.... aku gak bakalan posting sebelum NSTL di posting... hayo makannya posting NSTL buruan, biar bica baca Andreas-Claura... *jambak rambut vinda hahaha*
DeleteJangan2 anaknya pacar andreas dulu
ReplyDeletebener gak ya??? *garuk2 dagu*
Delete