Friday 9 August 2013

Always Love You Part 6

 Selamat idul fitri semuaaaa..... akhirnya kesampean juga makan opor hehehe....
dalam rangka lebaran aku mau posting nih. tapi mungkin part ini mesti di kasih warning.... soalnya rada-rada gimana.... kalau di bilang hot nggak juga, kalau di bilang nggak hot yannggak tau ya....
Pokoknya selamat menikmati... aku pengen makan opor lagi :D




“Kita sudah sampai.”
Aku menatap keluar kaca mobil. Dimana ini?
“Ayo keluar.” Andreas membukakan pintu mobil untukku dan aku merasa sangat terhormat di perlakukan seperti itu.
“Kita dimana?” tanyaku kebingungan.
“Indah bukan? Dulu aku sering kesini ketika aku masih muda dulu. Ya, aku sudah tua. Jangan menatapku seperti itu. Walaupun umurku sudah 39 tahun tapi aku masih terlihat muda.”
Mataku mengitari hamparan pemandangan yang sangat indah. Rumput yang begitu hijau di tambah dengan beberapa bunga yang tumbuh di pinggir taman. Entah bagaimana Andreas menemukan taman indah seperti ini.
“Ayo kita kesana.” Andreas menarik tanganku menuju pohon besar yang sangat rindang. Kami lalu duduk di bawah pohon. Begitu nyaman. Angin sepoi-sepoi dan juga teduhnya duduk di bawah pohon membuatku merasa nyaman. Aku dapat mencium udara yang bersih disini. Begitu tenang. Begitu sepi.
“Kau suka?” suara Andreas membuatku membuka mata. Bahkan aku tak sadar sedari tadi aku menutup mataku.
Aku mengangguk. “Tempat ini sangat indah. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menemukan tempat seindah ini.”
“Aku menemukannya secara tidak sengaja. Ketika aku masih kuliah dulu. Aku bersama kekasihku yang menemukan tempat ini. Sejak saat itu kami sering bermain kesini.”
“Kekasihmu? Maksudmu…”
“Bukan. Dia bukan istriku. Aku sudah menikah tapi kemudian bercerai. Dia adalah wanita yang aku cintai.” Ada sedikit penekanan di akhir kalimat. Cintai. Sepertinya Andreas begitu mencintai wanita itu.
Andreas menolehkan kepalanya hingga menatap wajahku.
“Tapi sekarang ada wanita lain yang mampu mengisi kekosongan yang di tinggalkan wanita itu. Wanita yang pada awal pertemuan kami ia dengan baik hatinya mengembalikan dompet milikku, tapi aku dengan cerobohnya, menuduhnya sebagai seorang pencuri.” Wajahnya mulai mendekat ke wajahku. “Tapi sepertinya wanita itu benar seorang pencuri. Karena kini ia telah mencuri hatiku.” Andreas langsung mencium bibirku. Melumatnya dengan lembut, membuatku membeku.
Aku mendorong bahunya. Menjauhkan wajahnya dari wajahku. Muka ku memerah. Aku belum pernah berciuman sebelumnya.
“Ada apa?” tanya Andreas bingung.
“Aku… aku kira ini terlalu cepat. Aku… aku tidak mengenalmu sama sekali.”
Andreas tersenyum. “Kalau begitu ini bisa sebagai awal perkenalan kita.” Andreas memajukan kembali wajahnya. Namun ketika bibirnya berada kurang dari satu centi lagi. Ia berhenti. Matanya menatap mataku. “Bolehkah?”
Tanpa menunggu lagi aku langsung mendekap wajahnya dan menciumnya. Mengikuti alur bibirnya. Mengecap seluruh permukaan bibirnya. Rasanya… rasanya nikmat sekali. Bibirnya begitu lembut dan basah. Aku suka. Kami saling melumat dengan lembut. Mencoba menikmati rasa masing-masing. Dengan mata terpejam, dengan angin sepoi-sepoi, kami menikmati ciuman yang memabukkan ini.
Nafasku terengah-engah ketika kami melepaskan ciuman kami. Begitu pun dengan Andreas. Bibirnya kini berwarna merah merekah. Aku menelusuri bibirku. Sepertinya aku juga begitu. Bibirku terasa panas dan bengkak.
Jariku menyentuh bibirnya. Menelusuri indahnya pahatan itu dengan jari-jari tanganku. Mengusap bibirnya yang basah dengan ibu jariku. Aku tersenyum.
“Bibirmu indah.” Ucapku terpana.
“Bibirmu juga indah sayang.” Andreas kembali mengecup bibirku singkat.
###
“Siapa wanita itu?”
Kami masih berada di taman yang indah itu. Masih berada di bawah pohon itu mengamati hamparan rumput berwarna hijau. Aku mengelus rambut Andreas yang sedang terbaring di pangkuan ku. Rambutnya begitu lembuh, tidak keras karena menggunakan gel, aku suka. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang tak henti-hentinya berhembus ke arah kami. 
“Hm?” tanyanya dengan mata masih terpejam. Sepertinya ia menikmati sentuhanku.
“Wanita itu. Wanita yang kau bilang kau sangat mencintainya.”
Matanya langsung terbuka. Kepalanya ia balikkan sehingga kini menatap wajahku.
“Dia teman kuliahku dulu. Wanita itu begitu cantik, begitu anggun, begitu pendiam, dna begitu pemalu. Kami bertemu karena kami pernah berkelompok saat membuat tugas. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Tapi sayang ibuku menjodohkan ku dengan wanita lain. Kami harus berpisah. Dan beginilah sekarang.”
“Kau tidak mencarinya?” jari-jari tanganku mengelus pipi dan rahangnya.
“Aku sudah berusaha mencari dimana dia berada. Tapi entah mengapa ia seperti hilang di telan bumi. Hingga akhirnya aku menyerah.” Andreas mengambil tanganku lalu mengecupnya. “Kau cemburu?”
Aku menggeleng lalu tersenyum. “Tidak. Aku hanya tertarik pada ceritamu.”
“Kau tahu? Aku suka matamu. Ada sesuatu di dalam matamu. Mungkin ini yang membuatku jatuh cinta padamu.”
“Aku juga suka matamu. Matamu indah. Seperti hanya ada satu di dunia.”
“Tapi aku lebih suka bibirmu. Bibirmu begitu lembut dan rasanya manis. Membuatku ketagihan.” Andreas mencium bibirku lagi. Aku hanya tersenyum menerima ciumannya. “Sepertinya kau adalah candu bagiku. Kau membuatku sakit bila tidak merasakan bibirmu.”
“Kau pandai sekali menggoda pak tua.”
“Apa kau bilang? Pak tua? Kau belum tahu bagaimana kekuatan seorang pak tua sepertiku ini.”
Andreas kemudia menciumi leherku. Membuatku menggeliat kegelian. Aku berusaha mendorong kepalanya tapi tiba-tiba saja tanganku lemas. Aku hanya bisa mendesah. Merasa seperti tersengat listrik berarus pendek di leherku.
“Andreas….” Desahku memanggil namanya.
“Apa sayang?” Andreas menelusiru garis leherku dengan bibirnya yang lembut.
“Oh… Geli…”
“Kau merasa kegelian? Kau ingin aku menghentikannya?” sekarang Andreas mengulum telingaku. Lidahnya bermain-main disana. Oh tuhan, aku merasa lemas. Aku meremas rambutnya, menahan kegelian yang kurasakan. Aku mendesah seperti orang kepedasan. Mataku terpejam menikmati sentuhan-sentuhan yang ia berikan.
Tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Membuatku tersadar dari gairahku. Aku mengambil ponselku dari dalam tas.
“Halo?” nafasku masih terengah-engah. Seperti habis lari jarak jauh.
“Claura! Dimana kau? Kau tidak jadi datang ke tempatku?”
“Oh Paula. Ehm… sepertinya tidak. Aku… tiba-tiba saja aku ada urusan lain yang harus ku kerjakan.”
“Urusan lain apa? Kau sedang apa? Kau seperti habis berlari marathon.”
“Ehm…” aku tidak bisa fokus. Andreas mengecupu leherku kembali. “Aku harus membersihkan apartemenku. Seorang teman akan datang berkunjung.” Aku menggigit bibirku menahan erangan yang akan keluar.
“Teman? Siapa? Apakah aku mengenalnya?”
“Teman dari restaurant. Kau tahu Red? Akh dia akan datang.”
“Oh, baiklah. Mungkin kita akan hangout lain kali. Sebaiknya kau istriahat dulu, Claura. Kau terdengar kecapaian.”
Aku langsung memutus panggilan itu dan menarik wajah Andreas. Menciumi bibirnya dengan membabi buta. Melumatnya dengan penuh gairah. Seperti nafasku berada di bibir indah itu. Lidahku bergerak dengan liarnya, membelit lidahnya.
“Kau nakal sekali, pak tua.” Ucapku terengah-engah setelah melepaskan ciuman kami.
“Aku tidak bisa menahan lagi, sayang. Kau begitu memabukkan.” Andreas hendak menciumku lagi namun ku tahan.
“Sebaiknya kita pulang. Aku harus menelpon Red dan mengundangnya makan malam di tempatku. Aku tidak ingin terlihat berbohong bila di tanya Paula nanti.”
“Red?” tanyanya dengan alis melengkung.
“Dia bartender di restaurant tempatku bekerja. Jangan khawatir dia gay.”
Andreas terperangah. “Gay?”
Aku mengangguk. “Sekarang tolong bawa aku pergi dari sini dan kembali ke apartementku.”
“Baik tuan putri.”
Andreas lalu menggenggam erat tanganku dan kami berjalan menuju mobil dengan bergandeng tangan. Entah mengapa itu terasa begitu romantis.

6 comments:

  1. Kalau diliat dr umur andreas, jangan katakan claura anaknya andreas

    ReplyDelete
    Replies
    1. salah... sebenernya tuh... andreas... bapak aku... hahaha *plaaakkkk*
      ini analisa sedikit menyerempet ini. aku sebagai author takut banget ceritanya ketebak hahaha...
      di tunggu terus ya.... ;)

      Delete
  2. kwkwkwkwkkwkw aku sengaja mampir kesini, kali aja lanjutannya udah diposting. udah seneng banget nemu yg part 5 n 6, eh taunyaaaaaaaaa..... wkwkkwkw aku ketipuuuuuuuuuuuuu!!!! ketipuuuuuuuu!!!!wkwkwkwkkwkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk.... aku gak bakalan posting sebelum NSTL di posting... hayo makannya posting NSTL buruan, biar bica baca Andreas-Claura... *jambak rambut vinda hahaha*

      Delete
  3. Jangan2 anaknya pacar andreas dulu

    ReplyDelete