“Hai.” Sapa Alexa ketika ia
menemukan sosok Jenny sedang duduk di café hotel.
Jenny hanya melihatnya sekilas, lalu
kembali sibuk dengan Blackberry-nya. Alexa mengambil kursi di sebrangnya lalu
duduk.
“I’m so sorry. Tadi aku ke atas
sebentar ngambil ponsel.”
“Kamu tahu sekarang jam berapa? Jam
9. Aku udah nunggu lebih dari 2 jam, Lex.” Seru Jenny kesal. “Gagal deh aku ke
pantai bareng bule keren.”
“Aduh… maaf ya. Maaf banget Jen.
Nanti aku cariin bule yang lebih ganteng dan lebih keren deh.”
“Udah telat.” Jenny kemudian bangkit
lalu berjalan pergi
Alexa mengejar Jenny dan menghambat
jalan Jenny dengan berhenti di depannya.
“Oke. Aku benar-benar minta maaf.
Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?” alexa sudah
memasang tampang memelas.
“Traktir aku makan di resto dekat Jimbaran.
Sunset. Karena waktu sunset pemandangannya bagus.”
“Kenapa kamu selalu minta yang susah
di dapat sih, Jenny?”
“Susah dimana? Aku Cuma minta makan
disana kok? Kalau kamu nggak mau ketinggalan. Mending booking dari sekarang.” Jenny
pergi meninggalkan Alexa sendiri di lobby.
“Jenny!!!.” Seru Alexa gemas.
***
“Thanks Alexa.” Jenny memeluk Alexa
dengan eratnya. “Akhirnya aku bisa juga makan malam di temani sunset nan
indah.”
Alexa hanya tersenyum miris.
Perjuangannya dapat booking tempat di restoran ini memang cukup sulit. Apalagi
sekarangg sedang musim liburan. Alexa merasa sangat beruntung karena masih ada
meja kosong.
“Oh ya. Steve mana? Dari tadi pagi
aku nggak liat.” Ucap Jenny seraya menyeruput minumannya.
Alexa mengangkat bahu. Ia sama
sekali tidak tahu dimana Steve. Sewaktu ia kembali ke kamar tadi siang, Steve
sudah tidak ada disana. Menghilang.
“Mungkin ia sudah kembali ke
Jakarta. Dia kan masih punya pemotretan.” Ucap Alexa akhirnya.
****
2 hari di Bali terasa amat singkat.
Kalau bukan karena ia harus kembali bekerja, mungkin ia masih ingin
berlama-lama di pulau dewata itu.
“Kamu pengen langsung pulang atau
gimana, Lex?” Tanya Jenny ketika mereka sedang mengambil barang di bandara.
“Langsung pulang aja deh. Capek.
Lagian besok harus langsung kerja lagi.”
“Ya udah. Bye bye, honey.” Jenny
mengecup pipi Alexa. “Hati-hati di jalan. Udah malam.”
Alexa mengangguk. “Oh ya. Pulang
sama siapa?”
“Reno udah nunggu katanya. Tapi dari
tadi aku belum liat. Kamu?”
“Aku naik taksi aja.”
***
Perjalanan dari bandara ke
apartement Alexa cukup jauh. Hal itu membuat Alexa hamper tertidur di dalam
taksi.
“Neng. Udah sampai.” Ucap supir
taksi yang membawa Alexa.
Alexa terbangun. Menggoyangkan
kepalanya yang pusing karena barusan di bangunkan. “Oh ya pak. Makasih.” Ia
menyodorkan 2 lembar uang 50.000
Alexa menarik kopernya dengan mata
setengah mengantuk. Di tariknya tanpa semangat. Apartementnya malam itu sepi
sekali. Dilirik jam tangannya pukul 11
malam. Sudah pasti sepi. Orang-orang pasti sekarang sedang tidur nyenyak di
ranjangnya masing-masing, bukan sedang menggeret koper seperti dirinya.
Ketika lift dimana apartementnya
terbuka. Alexa menemukan seseornag sedang menunggu di depan pintu
apartementnya. Steve
“Hai.” Ucap Steve ramah.
“Apa yang kau lakukan disini, Steve?
Pulanglah ini sudah larut malam.”
“Aku hanya ingin bertemu denganmu.
Maaf aku tidak bisa menjemputmu di bandara. Terlalu banyak orang.”
“Kita masih bisa bertemu besok. Di
kantor.” Alexa mengusap matanya lalu berusaha membuka pintu apartementnya.
“Sekarang aku benar-benar butuh tidur.”
“Aku bisa menemanimu tidur.”
Aku menoleh dan menatap matanya.
“Pulanglah Steve.” Alexa mauk ke dalam apartementnya. “Selamat malam, Steve.”
Alexa lalu menutup pintu apartementnya. Meninggalkan Steve terpaku di luar.
Hadduuhhh.. Ni mauny gmna???
ReplyDeleteBntar2 si Alexany mau sma Steve! Bntar2 nggak! Ckckck
alexanya galau nih. sama kayak authornya. hhhhh :l
Delete