Aku habis dari kamar mandi. Hendak
membereskan sedikit lagi pekerjaanku lalu pulang, makan malam bersama mama. Aku
tersenyum membayangkan pertama kalinya kami makan malam bersama kembali.
Aku mematikan komputerku dan
menyampirkan tas kerjaku, ketika aku mendengar suara isak tangis. Aku mendongak
dan menemukan Krista sedang menangis terisak di mejanya. Aku menengok ke kenan
dan kekiri dan menemukan hanya tinggal aku dan Krista di ruangan ini. Aku
mendengus kesal. Lagi-lagi harus berdua.
Aku berusaha mengabaikan Krista dan
berjalan menuju pintu, namun langkahku terhenti ketika mendengar Krista
memanggil namaku. Dengan enggan aku memutar badanku dan menatap Krista.
“Ada apa?” tanyaku acuh.
“Bisa temani aku? Aku takut sendiri.”
Ucapnya di sela-sela isak tangisnya.
“Aku ada janji makan malam. Jadi…”
“Aku mohon…”
Aku menghela nafas lalu berjalan
mendekatinya. Menarik kursi dan duduk di
sampingnya.
“Nih!” aku menyodorkannya sapu tangan
milikku karena ku lihat tissue-nya sudah habis. Krista langsung menerimanya dan
menggunakannya untuk menghapus air matanya.
“Memangnya kau ada masalah apa?”
“Aku… dan Chris. Kami bertengkar hebat.”
Apa? Ya ampun…
“Kalian bertengkar hebat dan aku harus
menemanimu disini?” aku sudah hendak berdiri ketika Krista menggenggam
tanganku. Aku sudah hendak menepis tangannya ketika melihat ada ruam merah di
sekita pergelangan tangannya.
“Ini… kenapa?”
Krista langsung menarik tangannya dan
menutup lengannya dengan tas. “Bukan apa-apa.”
Aku kembali duduk. “Dia menyakitimu?”
Krista hanya diam. Pandangannya tertuju
pada jari-jari tanganya yang bertaut.
“Coba ku lihat.” Aku menarik pergelangan
tangannya dan dia menjerit sakit. Dan benar. Pergelangan tangannya berwarna
merah dan ada sedikit luka disana. “Dia yang melakukan ini?”
Krista kembali diam. Aku memang tak
butuh jawabannya. Hanya saja aku tidak percaya Chris melakukan ini. Chris bukan
orang yang bertemprament kasar.
“Ini harus di kompres, kalau kau tidak
ingin ini terlihat besok.” Aku beranjak dari kursi hendak ke pantry meminta es
ketika Krista kembali menghentikkan langkahku.
“Nggak usah. Nggak sakit kok.”
Aku menatap nya lama lalu kembali duduk.
“Terserah. Ini urusan kalian berdua, aku sama sekali tidak ingin ikut campur.”
Lalu kami terdiam. Krista yang sibuk
dengan pikirannya dan aku yang kehabisan kata-kata.
“Aku mau pulang.” Aku berdiri dari
kursi, membenarkan letak tasku. “Kau mau ikut tidak?”
Krista menatapku lama, lalu mengangguk.
***
Selama dalam perjalanan menuju
apartementnya. Krista hanya diam. Tangisnya sudah berhenti, namun masih ada
sisa air mata yang mengalir disana.
“Sudah sampai.” Aku mematikan mesin
mobilku dan menatap wajah Krista yang tertunduk. “Krista… kita sudah sampai.”
Aku kembali mengulang ucapanku dengan tidak sabar.
“Cium aku…”
Aku tersentak kaget. Apa? Apa yang
barusan di katakana wanita ini? Aku tidak salah dengar?
“Cium aku, Dika.” Kini Krista mampu
menatap wajahku, langsung menatap kedua mataku.
“Kamu sakit atau apa? Lebih baik
sekarang kamu pulang dan jernihkan pikiranmu itu.”
“Aku… aku takut… takut ketika aku tidur
nanti kejadian kami bertengkar itu teringat kembali. Aku takut. Aku takut
ketika aku memejamkan mata dan bayangan Chris yang marah besar ada dalam
mimpiku. Aku takut Dika.”
Aku memijit pelipisku. Entah mengapa
kepala ini tiba-tiba berdenyut.
Aku memang membencinya. Aku memang ingin
balas dendam. Tapi tidak dengan kondisinya yang seperti ini.
“Kau tahu aku membencimu.” Aku mencoba
mengingatkannya.
“Aku tahu.”
“Lalu kenapa kau meminta permintaan
bodoh itu?”
Ia mengangkat bahu. “Entahlah. Aku
merasa kau bukan orang yang jahat.”
Aku menghela nafas panjang. Memejamkan
mata mencoba mengendalikan kewarasanku.
“Krista, aku tetap….”
Ucapanku terhenti. Aku merasa ada yang menindih mulutku.
Menghentikan semua ucapanku. Aku membuka mata, dan melihat wajah Krista yang
sedang terpejam mencium bibirku. Aku tiba-tiba menjadi beku.
Ciuman ini dari awal sudah merasa
intens. Bagaimana tidak? Krista menciumku dengan lembutnya, tidak seperti aku
menciumnya waktu tempo hari. Ciumannya teratur dan berirama. Tidak membabi
buta. Aku dibuatnya terlena.
Krista sudah mengalungkan lengannya di
leherku, membuat diriku semakin terpojokkan. Mau tak mau aku membalas ciumannya.
Tanganku di pinggulnya menahannya
sekaligus membiarkannya mengeksplorasi bibirku. Sial! Wanita ini begitu liar.
Tiba-tiba bayangan wajah Chris datang
menghampiriku. Membuatku tersadar bahwa ini salah.
Aku langsung menarik wajahku hingga
kepalaku terpantuk dengan kaca mobil. Nafas kami yang terengah-engah saling
membaur. Aku menatap tajam matanya. Matanya yang masih tersisa genangan air
mata di pelupuk matanya. Pipinya juga masih basah karena air mata yang belum
mengering.
“Krista…” aku tak tahu harus berkata
apa. Posisi kami belum berubah. Krista masih berada di atas tubuhku, memojokkan
diriku hingga punggungku menabrak kaca mobil. Pahaku berada di antara kedua
paha Krista.
“Aku tahu. Aku wanita murahan. Kau pasti
akan lebih membenciku.” Krista menarik wajahnya.
Aku mengelus pipi Krista. Menyampirkan
sedikit untaian rambut yang menutupi wajahnya. Menangkup wajahnya dengan kedua
tanganku. Mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Mengecup lembut bibirnya. Tidak
ada lumatan. Tidak ada pagutan. Hanya mendekatkan bibirku dengan bibirnya.
Aku kembali menjauhkan wajahku dengan
wajahnya. Kembali menatap kedua matanya yang sayu itu.
“Lebih baik sekarang kamu pulang.”
Ketika aku hendak merubah posisiku.
Tiba-tiba ada yang menggedor kaca jendela mobilku dengan keras. Aku menoleh.
Chris???
****
Mataku terbelalak. Chris?!
Jangan-jangan…
Chris kembali menggedor kaca mobilku
dengan keras. Menggetarkan seluruh isi mobil, dia marah besar.
Aku mendorong tubuh Krista agar pergi
dari atas tubuhku. Aku hendak membuka pintu mobil ketika lengan Krista
menggenggam erat lengaku. Wajahnya mengatakan ‘jangan membuka pintu itu.’
Aku menggeleng. “Aku tidak bisa. Aku
harus menjelaskan semuanya. Ini semua hanya salah paham.”
Ketika aku membuka pintu mobil. Seketika
itu juga Chris mencengkram erat kerah kemejaku dan menarikku dengan paksa
keluar dari mobil.
“Chris. Aku bisa jelaskan semuanya…”
Bukkk… aku merasa tulang rahangku
sedikit bergeser. Chris memukul wajahku. Dapat kurasakan darah mengucur dari
sela-sela bibirku.
“Chris. Dengarkan aku dulu…”
“Diam! Dasar bajingan!” Bukkk kembali
Chris menghantamkan kepalan tangannya ke wajahku. “Aku gak tahu ternyata kamu
sebajingan ini. Tega-teganya kamu dan dia…” jari telunjuk Chris mengarah kepada
Krista yang duduk ketakutan di dalam mobil. “Tega-teganya kalian selingkuh di
belakang aku!”
“Chris!!!” aku kembali memukul wajah
Chris. Membuatnya terhuyung dan mundur beberapa langkah. “Dengarkan aku dulu.”
Akhirnya Chris mampu diam. Dia tidak
kembali mendekat untuk menghajarku.
“Harusnya kamu introspeksi dulu. Apa
yang kamu udah lakukan terhadap Krista.” Aku mengelap bibirku dengan punggung
tanganku. “Kamu menyakitinya.”
“Tapi itu nggak bisa jadi alasan kalian
untuk berselingkuh. Aku lihat. Aku lihat dengan jelas dengan kedua mataku
sendiri kalau kalian berciuman. Aku nggak buta Dika! Aku nggak buta!!!.”
Kini aku yang terdiam. Mau bagaimana pun
juga disini… aku pihak yang bersalah… “Aku tahu aku salah. Aku memang bajingan.
Aku memang brengsek. Kalau emang menghajarku dapat membuatmu puas. Silahkan
saja.” Aku merentangkan kedua lengaku. Menyambut pukulan tangan Chris yang
pasti akan merusak sekujur tubuhku. “Aku nggak mau merusak persahabatan kita.”
Chris kembali melayangkan tinjunya pada
wajahku. Kini aku tidak berusaha membalas. Tidak juga menghindar. Biarlah… mungkin
ini balasan karena aku mempunyai niat jahat pada seorang wanita yang sama
sekali tidak bersalah. Wanita yang kini sedang duduk ketakutan di dalam
mobilku.
Aku jatuh tersungkur. Tubuhku tak mampu
ku gerakkan. Aku merasa sekujur tubuhku mati rasa. Dalam kesadaranku yang
menipis aku merasakan bunyi berderak dari dalam tubuhku. Ada yang patah.
Terakhir kali yang kulihat sebelum aku pingsan adalah. Wajah Krista yang
menangis ketakutan dan Chris yang menyeretnya keluar dari mobilku. Lalu semua
menjadi hitam.
arghh!!!! kuranggggggggg...... aihhh... kapan lagi sist diposting lanjutannya?? hauauahuahau..............
ReplyDeletetunggu saja. setelah yang satu ini :kedip mata:
ReplyDelete